Sabtu, 22 September 2012

Menjadi Aktivis Akademis, Kenapa Tidak ?

Menjadi Aktivis Akademis, Kenapa Tidak ?
ini juga bukan dari asli tulisan saya pribadi,tetapi sesuai menurut pengalaman saya pribadi juga bisa benar. semoga dapat menjadi referensi temen-temen mahasiswa baru.
ok
Lingkungan kampus merupakan miniatur dari keadaan masyarakat. Begitu banyaknya prinsip dan ideology sehingga
membuahkan sikap individualististis yang semakin tinggi. Para mahasiswa diberikan kesempatan yang seluas-luasnya untuk memilih ilmu apa yang akan mereka dapatkan, begitu juga dengan berapa lama waktu yang akan mereka habiskan di kampus. Terkadang kita para mahasiswa dihadapkan kepada pilihan yang sulit dan dilematis di dalam dunia kampus, yaitu antara menjadi akademisi atau aktivis.

Mendengar kata “akademis” secara langsung kita sudah tahu bahwa mahasiswa yang mendapat predikat akademis adalah mereka yang rajin kuliah, cerdas, aktif dalam diskusi, suka membaca buku, dan indeks prestasinya cumlaude. Selain tipe mahasiswa akademis, ada juga tipe mahasiswa aktivis. Mendengar kata “aktivis” pasti kita tahu bahwa mereka yang mendapat predikat ini adalah orang yang aktif di organisasi, baik di kampus maupun di luar kampus. Kesehariannya sibuk dengan organisasi, mulai rapat, membuat acara, mengurus proposal, seminar, diskusi, bahkan melakukan aksi bila memang dibutuhkan.

Menjadi aktivis memang hal yang membanggakan, selain akan memiliki banyak teman, pasti akan banyak pengalaman yang tidak didapatkan di bangku perkuliahan. Tidak semua mahasiswa mau menjadi aktivis. Alasannya sederhana yaitu tidak diizinkan orang tua, takut kuliah terlantar, takut indeks prestasi berantakan, atau bahkan malas karena masih senang dengan jalan-jalan, hura-hura, dan menikmati masa muda untuk senang-senang

Banyak mahasiswa yang beranggapan bahwa bila menjadi aktivis, maka kedepan kuliahnya akan terlantar, dan berimbas pada indeks prestasinya yang berantakan. Pendapat tersebut memang ada benar dan salah. Benar karena memang ada sebagian aktivis yang jarang masuk kuliah dan indeks prestasinya hancur berantakan. Salah karena memang ada juga aktivis yang tetap rajin kuliah dan indeks prestasinya baik.

Seorang aktivis terakadang memang tidak bisa disamakan dengan mahasiswa lainnya yang hanya punya dua orientasi yaitu kampus dan kos. Ketika para mahasiswa tidur-tiduran di kos dengan santainya, para aktivis masih disibukkan dengan berbagai agenda. Ketika mahasiswa lain hanya pusing dengan tugas-tugas dari dosen, maka para aktivis menambah satu porsi dalam pemikiran mereka untuk memikirkan kemajuan dan kebaikan ke depannya disamping mereka juga memikirkan tugas-tugas dari dosen.

Hal ini bukanlah sebuah kerja yang mudah dan murah untuk dilakukan. Banyak pengorbanan yang harus dilakukan seorang aktivis, berkorban fisik, harta , waktu, pemikiran, bahkan tidak jarang kesempatan untuk pulang kampong bagi mereka yang merantau. Akan tetapi semuanya itu bukanlah menjadi suatu alasan bagi aktivis untuk terlena dengan urusan organisasi, karena selain amanah yang mereka terima di organisasi masing-masing, tetapi mareka juga mempunyai amanah yang besar kepada orang tua untuk menyelesaikan kuliah dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu, tiap aktivis perlu mempunyai prinsip AKTIVIS AKADEMIS.

Artinya kita menomorsatukan aktivitas di organisasi dan juga mengutamakan akademis kita sebagai seorang mahasiswa. Aktivis dan akademis bukanlah kedua hal yang saling bertentangan, justru keduanya bisa saling berjalan beriringan dan saling mengisi kekurangan. Menjadi aktivis yang aktif di organisasi sekaligus menjadi akademis yang cerdas, rajin, dan memiliki indeks prestasi tinggi bukanlah suatu hal yang mustahil. Kemampuan mengatur waktu adalah kunci suksesnya seorang aktivis akademis.

Seorang mahasiswa biasa yang mendapat nilai akademis bagus adalah hal biasa, karena mempunyai waktu yang luang untuk mengulang ulang pelajaran, namun aktivis yang mempunyai nilai akademis yang bagus akan lebih disegani dan dijadikan referensi bagi mahasiswa lain.

Menjadi Aktivis Akademis, Kenapa Tidak ??

Minggu, 02 September 2012

Urgensi Soft Skills dalam Ospek

Urgensi Soft Skills dalam Ospek
BULAN September, seperti biasa seluruh perguruan tinggi di bengkulu khususnya di kampus ku Univ Muhammadiyah Bengkulu melaksanakan orientasi studi dan pengenalan kampus (Ospek). Dari tahun 2011 kemarin saya menjadi panitia oepek yg dikenal MATRIKULASI bersama rekan2 Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Republik Mahasiswa UMB, dan waktu itu adalah hal yg sanagt luar biasa. Kemudian thn ini 2012 sy jg masih menjadi panitia OSPEK yg kini di ganti menjadi MASTA, walaupun nggak bersama rekan2 seperjuanganku BEM REMA UMB thn kemarin. Hmmmm,,,,yg penting saya ingin berbagi kepada para calon mahasiswa,,,,
OSPEK,,,,,Orientasi dengan kekerasan mulai ditinggalkan, dan bergeser kepada hakekat tujuan Ospek itu sendiri. Kewenangan Ospek ini pun kini ditangani pimpinan bidang kemahasiswaan, sehingga akan berdampak pada muatan nilai-nilai kegiatan itu.
Ospek model lama, dan pelaksanaan diserahkan kepada mahasiswa senior didominasi unsur kekerasan dalam upaya menanamkan nilai kedisiplinan, jujur, pantang menyerah, mempercepat terjadinya jalinan komunikasi, jiwa mandiri dan tidak manja, mental berani dan percaya diri, rasa cinta almamater dll. Namun, dalam pelaksaannya banyak cara menyimpang, berbau kekerasan, dan komersial. Misalnya penugasan: mengumpulkan delapan batang rokok dengan merek tertentu, mengumpulkan bakmi instan, sisir berjumlah prima, korek berwarna biru, minuman berwarna biru, pisang raja ganthet dan lai-lain.Tugas ini menguras uang dan tenaga. Dalam pelaksanaannya pun bernuansa kekerasan ala militer. Kesalahan selalu dicari-cari, dibentak-bentak dan nuansa sewenang-wenang senior kepada yunior sangat kental sekali. Belum lagi hukuman, misal, menatap matahari selama beberapa menit. Memasuki tahun 2008, fenomena ospek model lama semakin hilang dan berganti dengan berbagai macam cara, sesuai dengan konsep perguruan tinggi.Nuansa Ilmiah lebih mendominasi.
Permasalahannya, apakah konsep ini hasilnya lebih baik. Secara positif model ini mencerminkan sisi ilmiah, lebih aman karena tidak ada kekerasan dan lebih hemat. Tetapi cara ini dinilai gagal dalam menanamkan nilai disiplin, jujur, sopan santun, rendahnya cinta almamater dan daya juang lemah. Keengganan mahasiswa untuk terlibat dalam kegiatan kemahasiswaan juga dianggap produk dari ospek model baru. Ternyata nilai-nilai yang dinyatakan kurang tersebut adalah nilai-nilai soft skills. Bagaimana agar model ini tetap terbebas dari kekerasan tetapi mampu menanamkan nilai-nilai soft skills.
Dasar Perilaku
Soft skills adalah sikap dasar perilaku. Yakni keterampilan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain (termasuk dengan dirinya sendiri). Atribut soft skills, meliputi nilai motivasi, perilaku, kebiasaan, karakter dan sikap.  Atribut ini dimiliki oleh setiap orang dengan kadar berbeda-beda, dipengaruhi oleh kebiasaan berpikir, berkata, bertindak dan bersikap. (Illah Sailah, 2007)
Dalam buku Lesson from The Top karya Neff dan Citrin (1999), kebanyakan menyebutkan pentingnya memiliki keterampilan lunak sebagai syarat sukses. Yang paling menentukan kesuksesan bukanlah keterampilan teknis, melainkan kualitas diri termasuk dalam kategori soft skills atau keterampilan berhubungan dengan orang lain (people skills).
Agaknya Ospek belum memberikan nilai ini. Sebagian besar menu masih berupa pengembangan hard skills dan disajikan dengan metode ceramah melulu, kering dan membosankan.
Pengembangan soft skills mulai mendapat perhatian. UMB Ospek sudah penuh dengan muatan soft skills. Materinya berkaitan dengan faktor-faktor untuk sukses baik dalam belajar maupun nanti saat bekerja. Ada tiga faktor sukses pada masa Ospek adalah learning skills, thinking skills dan living skills. Faktor-faktor ini yang dikembangkan di UGM untuk mengisi Ospek.
Learning skills adalah keterampilan agar mahasiswa selalu dapat mengembangkan diri melalui proses belajar berkelanjutan. Belajar tidak hanya sebatas saat kuliah, tetapi bagaimana memanfaatkan sarana-prasarana di kampus, seperti perpustakaan, internet, laboratorium dll. Peningkatan learning skills dilatih dengan teknik belajar benar, pemetaan pikiran, dan teknik membaca.

Fokus dari thinking skills adalah peningkatan kemampuan menyelesaikan persoalan, pengambilan keputusan. Sedangkan living skills adalah keterampilan mahasiswa untuk beradaptasi dalam kehidupan sehari-hari, baik lingkungan kampus maupun masyarakat.  Kini mahasiswa baru mengadapi tiga masalah yakni kemandirian, problem seksualitas dan perubahan lingkungan. Mereka dituntut mandiri mengatur waktu, uang maupun kepercayaan.  Dorongan seksualitas akan menjadi masalah tersendiri dalam usia-usia matang secara biologis,
sehingga mereka harus menyadari kesakralan seksualitas dan berbagai dampak dari kegagalan mengatasi dorongan seksualitas tersebut.
Keseimbangan
Peningkatan kompetensi lulusan berbasis soft skills sangat mendesak, karena pertama untuk memenuhi kebutuhan para pengguna lulusan perguruan tinggi di dunia kerja dengan orientasi produktivitas tinggi. Kedua, untuk mewarnai dunia kerja ke arah perbaikan karakter bangsa.
Pencanangan visi pendidikan untuk menghasilkan insan cerdas dan kompetitif tidak mungkin tercapai tanpa mengembangkan soft skills.
Alasannya sejak dahulu belum terwujud kejayaan bangsa di bidang ekonomi, hukum, politik, dan moral. Ratusan ribu sarjana ekonomi dihasilkan tiap tahun, namun ekonomi masih belum membaik.
Begitu pula ratusan ribu sarjana hukum dihasilkan tiap tahun, tetapi hukum masih belum bisa ditegakkan.
Ketidakseimbangan antara materi hard skills dan soft skills dalam pelaksanaan ospek perlu segera diatasi, antara lain dengan memberikan bobot lebih pada materi pengembangan soft skills


Muda-mudahan OSPEK/MASTA tahun ini baik seperti MATRIKULASI, atau bahkan bisa lebih baik,,,,amin
welcome to UMB fastbiqul khairat mahasiswa baru,,,
salam mahasiswa..!!!
by fatra kurniawan.

Kamis, 30 Agustus 2012

Fenomena Senioritas di Kampus, Panutan atau Sok-sok an???

Fenomena Senioritas di Kampus, Panutan atau Sok-sok an???

Mendengar kata senior pikiran kita langsung tertuju pada sosok mahasiswa semester  atas  atau  mahasiswa yang memang  dianggap  senior  di  lingkungan kampus.Mahasiswa   senior   sering   diidentikkan   dengan   sosok mahasiswa seenaknya sendiri pada juniornya, sok berkuasa dan sok paling tahu tentang halhal yang ada di kampus.
Ya maklum saja, mereka (mahasiswa senior) menang lebih dulu menjadi mahasiswa di banding dengan para juniornya.Tapi, apakah dengan menyandang ―gelar‖ senior lantas membuat mahasiswa bisa berbuat seenaknya dengan semua juniornya ?? Sebenarnya, perlu atau tidak senioritas dan apakah ada manfaatnya ????
Definisi umum senior, istilah senior dan junior adalah hal-hal yang berkaitan dengan umur, tingkat pendidikan,  wawasan, jabatan dan sebagainya.  Kata  ini  sering  sekali menjadi belenggu dan dilema yang membatasi seseorang untuk bergerak maju. Mari kita ambil contoh lingkungan pendidikan kita. Ada kalanya seorang siswa yang pintar tidak berani untuk menonjolkan diri karena ia ―menghargai‖  para seniornya, padahal ia mampu dan bahkan bias berbuat jauh lebih baik dari seniornya. Atau, ada senior yang cenderung memaksakan kehendak kepada ―bawahannya‖ untuk melakukan keinginannya, dan sang junior (bawahan) dengan terpaksa harus mau melakukannya. Apakah ini sebuah dogma dari tata krama yang ada di masyarakat kita atau ini sebuah keegoisan belaka ? Jawaban pertanyaan ini kembali kepada
kita semua.
Didalam pergaulan kampus, kita juga selalu dihadapkan pada kenyataan senioritas ini. Sebagai mahasiswa baru, kita sering dituntut untuk berada di bawah para senior yang telah terlebih dahulu berada disana. Dalam memberi pendapat, kita juga harus tidak boleh melanggar kepentingan mereka, dan bahkan kita malah terpaksa untuk mengikuti keinginan mereka padahal sebenarnya pendapat yang mereka ajukan tidak sesuai menurut kita. Bila kita berusaha untuk menolak atau melanggar ini, maka kita dianggap tidak memiliki rasa sopan santun. Mengapa masalah senioritas dikaitkan dengan sopan santun dan etika?
Ketika  founding  fathers  memutuskan  untuk  membangun  negeri  ini menjadi  bangsa  yang  modern,  pada  hakikatnya  mereka sedang  menggulirkan dialektika  baru.  Diputuskanlah  dialektika  baru  itu  adalah  demokrasi  sebagai pengganti dialektika lama—sistemfeodal—yang dianggap sudah using dan tak sanggup menjadi komandan dalam membangun negeri ini menjadi bangsa yang modern. Akan tetapi, pengaruh  budaya  feodal yang notabene merupakan warisan leluhur masih sangat kuat melilit bangsa ini.Dialektika yang sebenarnya ingin ditinggalkan, telah mendarah daging sehingga sulit menanggalkannya.Akibatnya, dalam tataran perilaku politik dan ekonomi, kita  masih  bersikap  dan  mengacu  pada  nilai-nilai  feodal.  Para  pemegang kekuasaan,  masih  menghayati  kekuasaan  sebagai  amunisi  ampuh  untuk mengakumulasi  kenikmatan  pribadi,  keluarga,  dan  kawan-kawannya.Ditengah ketidakberdayaan  akan  feodalisme,  rakyat  memimpikan  sosok  yang  dapat membawa mereka keluar dari lembah nestapa itu penyebab kemunduran bangsa. Agen perubahan seperti mahasiswa sebenarnya menjadi pilihan utama. Namun, panggilan  ini  sepertinya  tak  digubrisnya  sekaligus  mencampakkan  konstelasi keamanahannya sebagai pengayom bangsa. Fenomena senioritas dalam OSPEK menjadi sebabnya.
Fenomena   senioritas   memperlihatkan   standar   ganda   pergerakan mahasiswa. Masih terpatri dalam ingatan, perjuangan mahasiswa yang ketika itu gundah  gulana  atas  kondisi  negerinya,  berusaha  keras  membuka  gerbang reformasi   dengan   maksud   memudahkan   penghujaman   terselenggaranya pemerintahan dan kehidupan yang demokratis, yang dianggap sebagai prasyarat pengentasan permasalahan negerinya. Namun, di sisi lain, fenomena senioritas menjadi bukti tak terbantahkan terhadap sinyal pemupukan tesis feodalisme bak menjungkirbalikan antithesis demokrasi yang justru sering mereka suarakan.
Standar ganda memang sepantasnya menohok harga diri mahasiswa yang dianugrahi masyarakat sebagai agen perubahan. Pasalnya, senioritas telah diluar ambang  kewajaran.  Tradisi  balas dendam  menjadi motivasi  yang kasat  mata namun menyeruak telanjang.Senior tak segan lagi mempraktikan ajimumpung— paham kesempatan dalam kesempitan.
Polemik ini memang memiliki dampak yang tidak kasat mata tapi akan terdapat  efek  gaung  yang  berakibat  pada  perubahan  mental  junior secara fundamental.  Dunia  kampus  yang  notabene  sebagai tempat  pembibitan  calon intelektual harapan  bangsa  malah  melahirkan manusia bermental kerdil  yang mengsampingkan hati nurani dalam bertindak.
Pengekangan budaya berani dan kritis mengakibatkan jurang pemisahan antara senior dan junior menganga lebar. Pasalnya, senior kerap memposisikan junior sebagai objek yang bias diperlakukan seenaknya.Inilah barangkali perilaku senior-junior  yang  kebablasan.Pada akhirnya,  OSPEK  hanya  menelurkan mahasiswa bermental apatis.

Salam Mahasiswa...!!!!
selamat datang para mahasiswa baru di tahun 2012, semoga menjadi mahasiswa yang dapat membuat suatu perubahan yang dahsyat,,,,,

Rabu, 08 Agustus 2012

MENENGOK PERANAN PEMUDA MENUJU PERUBAHAN

MENENGOK PERANAN PEMUDA MENUJU PERUBAHAN

Pemuda merupakan bagian tak terpisahkan dari rakyat. Dari tangan para pemuda inilah nasib bangsa dan Negara dipertaruhkan. Dalam perjalananya para pemuda yang dipelopori oleh mahasiswa mencoba untuk terus memperjuangkan kepentingan rakyat walaupun di satu sisi akan berbenturan
dengan berbagai kepentingan rezim. Akan tetapi inilah hal yang membuktikan bahwa mahasiswa/pemuda merupakan iron stock yang akan membawa perubahan ke depan.

Ada fakta menarik bila kita sedikit flash back sejarah pergerakan mahasiswa dari rezim orba-reormasi:

1965

Demonstrasi terjadi di mana-mana sebagai reaksi ketidakpuasan mahasiswa akibat kebijakan pemerintah saat itu yang mengakibatkan ketimpangan social semakin terlihat. Kesenjangan ekonomi semakin tampak yang mengakibatkan kesengsaraan rakyat semakin menjadi. Reaksi ini mengkibatkan rakyat dan mahasiswa mengeluarkan TRITURA:

1. Turunkan harga

2. Rombak Kabinet dwikora

3. Bubarkan PKI

1974

Terjadi peristiwa MALARI . ratusan mahasiswa ditangkap karena dituduh berbuat makar. Peristiwa ini terjadi akibat pasar Indonesia dikuasai jepang hal ini jelas merugikan rakyat dan eksistensi Negara sendiri.

1978

Lahirnya NKK/BKK, yang menuntut mahasiswa untuk study oriented. Dema (dewan mahasiswa) dibubarkan, organisasi ekstra kampus dilarang beraktivitas di dalam kampus. Hal ini menyebabkan sempitnya ruang gerak dan berpikir mahasiswa. NKK (Normalisasi Kehidupan Kampus) adalah upaya untuk menjaga kehidupan kampus agar tetap beorientasi akademis. BKK (Badan Koordinasi Kampus) adalah upaya penyempitan ruang gerak mahasiswa melalui pengawasan yang ketat dari rektorat.

1980an

Untuk menekan pengaruh Islam, pemerintah memberlakukan asas tunggal (PANCASILA). Azas Pancasila terus didoktrinkan dalam kehidupan kampus. Hal ini juga menyebabkan HMI pecah menjadi HMI DPO dan HMI MPO.

1998

Badai krisis ekonomi menghantam Indonesia, kondisi ini semakin parah dengan adanya KKN para elite politik. Tuntutan agar Ssoeharto mundur terjadi dimana-mana, tragedi trisakti puncaknya. Mahasiswa dan rakyat berhasil menduduki gedung MPR/DPR. Rezim orba berakhir setelah pada tanggal 21 Mei 1998 menyatakan mengundurkan diri sebagai Presiden RI.

Era Reformasi

Pada era Presiden Habibie banyak ketidakpuasan yang disinyalir Habibie merupakan produk orba. Pada saat era Gus Dur juga diwarnai aksi akibat kasus bullogaite, nepotisme,dll yang berujung pemberhentian Gusdur sebagai presiden pada waktu itu. Pada era Megawati juga banyak demonstrasi Mahasiswa di berbagai daerah. Mahasiswa dan rakyat tidak puas dengan rezim waktu itu yang telah menjual aset nasional, korupsi sukhoi, dll. Ketika tampuk kepemimpinan beralih k SBY, juga tidak luput dari sorotan mahasiswa terhadap kinerja. Kebijakan menaikan harga BBM dan kedatangan bush menjadi isu paling dominan seputar demonstrasi mahasiswa. Pemerintah juga dinilai plin-plan terkait kebijakan menaikkan harga BBM. Pemerintah juga dinilai melukai rakyat dengan memanfaatkan momentum pemilu 2009 sebagai ajang untuk meraup suara dengan menaikkan gaji guru yang dinilai syarat unsur politis.

Fakta menarik yang bisa kita simpulkan dari kejadian di atas yaitu bahwa pemuda yang dipelopori oleh mahasiswa dari rezim orde lama-orde reformasi ini senantiasa terus bergerak mengawal kebijakan-kebijakan pemerintah melalui mimbar bebas,demonstrasi, diskusi publik, dll. Hal ini terus dilakukan oleh mahasiswa sebagai iron stock bangsa untuk membela kepentingan rakyat.

Momentum bagi pemuda sebetulnya sudah di mulai sejak zaman Rasulullah SAW. Bagaimana ketika itu beliau menjadi contoh riil semangat pemuda yang berhasil menyebarkan Islam sampai ke penjuru dunia. Umar bin Khattab mengatakan “setiap aku mempunyai masalah maka yang kucari adalah pemuda”.

Bila kita menengok di negara kita, Soekarno pernah mengatakan “berilah aku seorang pemuda maka aku akan mengguncang dunia”. Hal ini juga teraktualisasi dalam sumpah pemuda pada tahun 1928 sebagai pelopor persatuan nasional. Pada 1945 juga peran pemuda sebagai pelopor proklamasi kemerdekaanRI. Berujung pada 1998 juga peran serta pemuda yang berhasil menumbangkan rezim orba yang bertahan selama 32 tahun.

“”yaa ayyuhassabab inna fi yadikum amrol ummah wa fii aqdamikum hayaataha”

(wahai pemuda sesungguhnya di tanganmu urusan bangsa dan di derap langkahmu tertumpu hidup dan matinya suatu bangsa).

Pemuda selama bertahun-tahun bahkan berabad-abad menjadi corong kebangkitan suatu bangsa..bagaimanakah dengan sekarang?? Bila kita melihat bagaimana efek dari sumpah pemuda yang telah mengikat seluruh pemuda di tanah air untuk bersatu melawan imperialisme, pragmatisme, hedonisme, ini menjadi suatu titik tolak kebangkitan bangsa pada saat itu.

Siapapun yang memimpin bangsa ini, kepentingan rakyat tetap harus diperjuangkan. Islam telah mengajarkan bahwa apabila suatu urusan tidak diserahkan kepada ahlinya tunggulah saat kehancuran. Di era reformasi ini seharusnya menjadi momentum bagi pemuda sebagai nahkoda masa depan bangsa. Akan tetapi bila kita lihat di era reformasi inipun, praktis peninggalan orde barulah yang sampai sekarang sebagai nahkoda masa depan bangsa. Ini tentunya kontras dengan spirit dan idealisme para pemuda yang berjuang tak kenal lelah.

Momentum tentunya masih ada dan akan terus berlanjut beriringan dengan spirit pemuda itu sendiri. Kedepan diharapkan akan muncul sosok-sosok pemuda yang memiliki jiwa negarawan. Pemuda muslim tentunya akan menjadi icon besar dalam peranannya mengawal agenda-agenda reformasi. Pribadi Muslim Negarawan diharapkan akan senantiasa menghiasi pemuda-pemuda muslim bangsa ini sebagai umat mayoritas di Tanah Air ini yang ke depan diharapkan mampu membawa perubahan positif bagi bangsa dan negara ini. Pribadi Muslim Negarawan tidak hanya sebagai pejabat politik, tetapi juga berani menolak setiap bentuk intervensi asing dan berbuat untuk kepentingan rakyat yang dilandasi dengan nilai-nilai Islam.

Bila kita perhatikan selama ini kebanyakan peranan pemuda hanya sebatas sebagai “yudikatif (pengawas)” kebijakan-kebijakan pemerintah. Sang “eksekutif (eksekutor)” adalah pemerintah yang rata-rata dihuni pejabat tua. Hal ini seringkali terjadi benturan ditataran lapangan diakibatkan perbedaan paradigma antara golongan tua dan muda. Sejarah di Republik ini mencatat pemuda/mahasiswa selalu berada di garda depan membela kepentingan rakyat.

Solusi alternatif kedepan diharapkan terjadinya keseimbangan antara golongan tua dengan golongan muda ditataran legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Artinya ke depan perumus kebijakan, pelaksana kebijakan, dan pengawas kebijakan merupakan kolaborasi yang seimbang antara kaum senior dengan pemuda. Solusi ini diharapkan akan membawa bangsa dan negara ini menuju bangsa dan negara yang adil dan bermartabat. Wallahua’lam

Sabtu, 14 Juli 2012

Buat apa sih Kuliah


Buat apa sih Kuliah?

Selamat Kamu sudah jadi mahasiswa

lalu kenapa?

Memang apa sih kerennya jadi mahasiswa? Kamu pikir kamu keren kalau jadi mahasiswa? Dengan jas almamater yang heroik kamu jadi bisa kembali ke sekolah kamu dan berkata, “saya sekarang mahasiswa UNAIR loh” atau “ini nih lihat jaket kuning UI gw, atau juga ini lho jaket hijau gw, UMB gitu lho,,".

Okey, itu memang salah satu bagian menyenangkan yang bisa dibanggakan, tapi kalo udah bangga, kamu mau apa? Apa yang kamu dapatkan dari kebanggaan tersebut?

‘seneng aja’

‘kepuasaan batin’

‘yah keren aja sih’

Ada lagi kah ?

Kamu udah yakin dengan pilihan jurusan dan kampus kamu? Sudah sesuai dengan panggilan jiwa belum? Atau kamui masih bohong sama diri kamu?

‘iya saya sudah yakin kok sama pilihan saya’

‘ah masa sih?, yakin? Itu kok muka masih belum pede tampaknya’

‘ya dibuat yakin dong, kan sudah keterima’

‘bener nih gak nyesel?’

‘emang ada pilihan lain kah?’

Kamu sudah jadi mahasiswa nih sekarang, lalu kamu mau jadikan titel kamu nanti untuk apa? Mau dijadikan apa titel yang kamu raih?

Sobat, kata rektor saya, biaya standar untuk seorang sarjana KESMAS adalah Rp.28.000.000 setiap semesternya. Jumlah yang yang gak kecil loh, coba saya tanya berapa biaya kuliah? temen saya di Itb 1.850.000 per semesternya. Kabarnya sekarang sudah mencapai hingga 5 juta rupiah per semesternya. Okelah kita pakai standar sekarang saja, dan dengan asumsi biaya sarjananya tetap.

Dengan asumsi ini saja saya bisa mengatakan kalau dalam satu semester, minimal kita sudah memiliki hutang 23 juta per semesternya. Hutang? Pasti banyak yang bertanya, itu hutang ke siapa? Hutangnya ke Rakyat Indonesia kawan. Mereka yang bayar pajak itu telah mensubsidi kuliah kamu, khususnya buat kamu yang kuliah di kampus negeri.

Pendidikan yang berkualitas itu hakekatnya memang mahal, pertanyaannya siapa yang akan menanggung biaya pendidikan tersebut? Dalam kasus Indonesia, rakyatlah yang juga dibebankan untuk membiayai kuliah kita.

Saat pertama kali masuk UMB beberapa tahun yang lalu, seorang alumni yang sangat senior berbicara dalam sebuah sesi seminar.

“untuk masuk UMB, perbandingan tingkat kompetisinya adalah 1 banding 20. Artinya ketika kamu bahagia karena telah masuk UMB, ada 19 anak muda Indonesia lain yang menangis kecewa karena gagal diterima di UMB, hebaat yaa,,,,,,,,heeeeeeeeeee".

Gimana kalau pemerintah yang meng kuliiah kan ku,,??

Kamu kuliah di subsidi oleh rakyat, maka untuk membalas budi pengorbanan uang yang telah rakyat berikan, kamu minimal harus bisa kasih makan ke 76 orang lainnya. Darimana angka 76 tersebut?

Kita asumsikan 19 orang tersebut menikah dan memiliki dua anak saja, maka itu berarti 19 dikali 4 yaitu 76 orang”

Kata-kata tersebut selalu terngiang di benak saya hingga saat ini, saya selalu berpikir dan mencari jalan bagaimana bisa membuka kesempatan menambah penghasilan bagi 76 orang. Tentu bukan hanya dengan membuka lapangan kerja dengan menjadi entrepreneur, banyak cara untuk bisa berbagi seperti dengan aktivitas sosial.

Bagaimanapun caranya, itulah yang perlu kita sama-sama pikirkan. Bahwa kamu jadi mahasiswa itu tidak mudah dan tidak bisa asal-asalan. Kamu perlu tanya ke diri kamu, “saya mau berkontribusi apa selama jadi mahasiswa dan setelah lulus untuk negeri ini?

Karena kuliah kamu bukan hanya menyangkut diri kamu, tetapi juga ratusan juta rakyat Indonesia di masa kini dan masa depan. Mahasiswa seringkali disebut sebagai unsur perbaikan negara, ya benar adanya kalimat tersebut. Karena ditangan mahasiswa yang nantinya akan masuk ke dunia nyata lah negeri ini bergantung harapan.

Kamu kuliah, kamu termasuk dalam 18% rakyat Indonesia usia 18-23 tahun yang beruntung bisa menikmati bangku di perguruan tinggi. Jumlahnya tidak sampai 4.5 juta saja mahasiswa itu. Maka renungkanlah nasih 78% rakyat Indonesia lainnya.

Karena kamu itu mahasiswa, ada kata MAHA di depan siswa. Maha itu identik dengan tidak terbatas dan tidak pernah habis. Perlu di ingat, bahwa penggunaan kata MAHA itu identik dengan sesuatu yang berhubungan dengan Tuhan (e.g Maha Pengasih,dan Maha Penyayang). Menariknya bahasa Inggris nya dari Mahasiswa adalah student, atau terkadang ditambahkan College Student. Bahasa arabnya mahasiswa adalah thulabiy, sama dengan siswa. Mereka tidak menggunakan terminologi Great Student atau AkbaruThulabiy sebagai kata ganti mahasiswa.

Hanya di Indonesia yang menggunakan pola kata seperti ini. Kenapa? Karena ada sebuah harapan khusus bagi mahasiswa Indonesia untuk bisa memiliki karakter seorang MahaSiswa, seorang yang tidak pernah terbatas hasratnya untuk bisa menuntut ilmu.

Dalam sebuah lirik lagu perjuangan kampus yang berjudul “Kampusku”, sang pengubah lagu menuliskan seperti ini;

Berjuta Rakyat Menanti Tanganmu

Mereka Lapar dan Bau Keringat

Kusampaikan Salam Salam Perjuangan

Kami Semua Cinta Indonesia

Tapi kamu juga jangan terlalu Geer dulu dengan segala sanjungan untuk mahasiswa, itu gak sekeren itu kok, kadang malah cuma klise belaka. Saya malah berpikir terlalu banyak pujian untuk seorang yang menyandang label mahasiswa. Padahal jadi mahasiswa gak sekeren itu kok, apa sih mahasiswa? Belajar males, kajian kebangsaan cuek, demo di jalan gak mau, kegiatan pengembangan masyarakat juga gak peduli, bahkan fokus pada kompetensinya saja juga enggan.

Apa sih mahasiswa itu? Cuma mampu mejeng dengan tampang keren, sok bawa mobil ke kampus padahal uang orang tua. Bergaya sana sini, ganti pacar tiap bulan, gak nyimak dosen di kelas, ke kampus dandannya udah seperti mau ke resepsi pernikahan.

Ngapain sih tuh mahasiswa? Selama empat tahun di kampus akhirnya gak aplikasi ilmunya, berpikir gimana ngasih makan dirinya saja, lupa kalau dia di bayarin rakyat saat kuliah, jadi manusia hedon yang lupa kalau masih banyak rakyat yang lapar dan bau keringat.

Ah mahasiswa, apa pentingnya? Cuma bisa kritik keadaan negeri tanpa mau berpikir apa yang bisa ia lakukan untuk negerinya. Hanya ribut diantara mahasiswa, bakar ban dan akhirnya rakyat lagi yang kembali menderita.

HEI KAMU YANG MENGAKU MAHASISWA !

Coba sekarang saya tanya buat kamu yang mau lulus kuliah, buat apa sih kamu kuliah? Abis kuliah mau kemana?

‘ikutin aja kemana angin membawa’

‘yah kita lihat nantilah gimana abis wisuda’

‘mau kerja dulu deh, sambil mikir mau ngapain setelahnya’

Umm. Okey, tidak ada yang salah dengan kalimat-kalimat tersebut. Tetapi kalimat-kalimat ini menandakan masih banyak diantara mahasiswa dan alumni muda yang bahkan tidak tau mau ngapain setelah lulus.

Helloooo

Dimana #panggilanjiwa kamu kawan? Masih belum berjumpakah dengan #panggilanjiwa kamu itu? Atau bahkan kamu tidak berusaha mencarinya?

Sobat,apakah dunia kampus belum cukup untuk kamu dalam mem-#bangunmimpi? Butuh berapa lama lagi untuk kamu agar bisa menemukan dan merencanakan mimpi besar kamu sobat? Atau jangan jangan kamu lebih nyaman dalam ketidakpastian mimpi kamu?

Mereka yang tidak punya mimpi akan terjebak pada kegalauan hidup, dan bila kegalauan hidup menemani mereka maka ketidakpastian akan menjadi sahabat, dan akhirnya berujung pada ketidakjelasan manfaat hidup itu sendiri.

APA KONTRIBUSI KAMU UNTUK NEGERI?

Percuma saja kamu kuliah kalau ternyata pilihan jurusannya bukan yang kamu minati, bohong dengan #panggilanjiwa hanya untuk mengejar titel di kampus negeri saja. Hidup itu bukan sekedar titel kamu di dapat dimana, tetapi kamu mau berbuat apa dengan titel tersebut untuk kebaikan dan kebermanfaatan.

Kamu pikir jadi alumni dari kampus beken itu terjamin masa depannya kawan? Saya justru banyak kenal teman, senior, dan junior saya di kampus yang luntang-luntung gak jelas karena penuh kegalauan dalam menatap masa depan. Mereka tidak membangun karakter diri selama jadi mahasiswa. Akibatnya? Hidup segan, Mati enggan.

Lantas, apa yang bisa dibanggakan ketika setelah lulus hanya menjadi sekrup kapitalis yang menghambakan diri pada uang dan rela ketika sumber daya negeri ini dikeruk untuk kepentingan asing semata. Apa kalian lupa kalau kalian kuliah disubsidi oleh negara? Uang rakyat itu kawan? Hasil pajak mereka yang berharap negeri ini lebih baik.

Buat saya, percuma belajar mati-matian masuk perguruan tinggi kalau ujung-ujungnya hanya memetingkan isi perut belaka dan tidak mampu berkontribusi untuk bangsa. Sayang banget kawan, bila 4-5 atau bahkan 6 tahun kuliah pada akhirnya hanya menjadi perusak negeri, yang serakah atas kebutuhan dunia.

Atau lebih sadis lagi mereka para koruptor yang menghabiskan hidup untuk merusak moral sosial bangsa. Seharusnya mereka mereka inilah yang di klaim oleh Malaysia bukan budaya Indonesia.

Rakyat negeri ini membiayai kamu kuliah bukan hanya untuk mendapatkan IPK Cum Laude atau terancam Cum Laude. Yakin nih yang IPK nya 4.00 itu benar-benar cerdas? Jangan-jangan mereka cuma seorang robot yang jago menyelesaikan soal ujian, tetapi gamang dalam menghadapi soal kehidupan.

Kamu kuliah di kampus teknik, jadilah teknokrat yang visioner. Kuliah di fakultas hukum, jadilah advokat yang adil. Belajar di jurusan ekonomi, maka jadilah ekonom yang bijak. kamu kulaih di kesehatan jadilah ahli kesehatan. Atau bila kamu kuliah di kampus pertanian, bangunlah negeri ini dengan ilmu pertanian yang kamu miliki, jangan mangkir dari kompetensi dan malah berpikir untuk menjadi bankir.

Kuliah itu mahal kawan, setau saya di UI sudah Rp.25.000.000, di ITB bahkan ada yang mencapai Rp.50.000.000. Biaya per semester juga sudah semakin besar, lalu apa yang kamu cari setelah lulus? Hanya bekerja sebagai pegawai kah pilihan hidup kamu?

Masih banyak anak muda Indonesia yang tidak kuliah. Atau alumni kampus yang katanya beken dan akhirnya memilih untuk bersaing dalam job fair dengan alumni kampus yang katanya ga beken? Gak malu ya sobat?

Yuk kita berpikir #beda , jangan berpikir “mau kerja di perusahaan apa”, melainkan “mau buka lapangan kerja dimana ya”

Saya sering bilang ke teman-teman mahasiswa UMB, buat apa kamu bangga masuk UMB, UNIB, atau pun UI, UGM kalau hanya bisa jadi mahasiswa KUPU KUPU alias kuliah pulang kuliah pulang. Mending kamu sekalian aja pulang ke rumah orang tua kamu. Karena kita kuliah bukan hanya untuk mengejar nilai, kita kuliah untuk menikmati proses pembelajaran diri dalam setiap kesempatan.

Malu lah pakai jaket kuning UI yang katanya keren itu kalau gak peka sama isu sosial masyarakat, hanya mengenal kuliah-kafe-mall saja. Helloo kawan, itu jaket kuning lambang perjuangan, apa kontribusi kamu untuk negara. Kalau kamu sudah berkontribusi untuk negeri, barulah boleh sedikit bangga dengan jaket kuning kamu sobat!

Atau mahasiswa UGM yang terkenal dengan jaket warna karun goni, itu warna kerakyatan, maka segen saya lihat mahasiswa UGM kalau melihat dan memikirkan realita rakyat aja gak mau. Jaket mu itu bukti pengorbanan sobat!


dan pastinya, malu dong jaket hijau UMB ku hanya kugunakan untuk meramaikan kampus saja, tanpa ada gerakan dan konstribusi nyata,,,!! hadeeewww,,,
Malu lah gw jadi mahasiswa kalau sepanjang masa kuliahnya gak pernah demo di jalan
Ah, capeklah kuliah itu kalau hanya mengejar Nilai tetapi anti sosial, menjadi manusia robot yang bangga jadi sekrup kapitalis.

Buat kamu yang baru lulus SNMPTN atau segala bentuk ujian masuk perguruan tinggi lainnya. Berani janji kontribusi apa selama jadi mahasiswa? Atau udah cukup bangga dengan label mahasiswa?

Masuk jurusan kedokteran kampus beken, tetapi gak mau praktek di daerah terpencil, hanya mau jadi dokter di kota. Hmm percuma deh, di kota di daerah daerah aja masih kekurangan dokter, di kota dokter menumpuk. Hmm mendingan mundur deh.

Ayolah kawan! Kita MAHAsiswa, ada kata Maha di depan siswa, masa masih sama sama aja konsep berpikirnya dengan mereka yang tidak sekolah. Malu la kita sama tukang bakso yang bisa punya 3 pegawai, mereka yang tidak kuliah aja bisa ngasih makan orang lain, lah mahasiswa? Bangun Idealisme itu kawan, sejak mahasiswa, kesempatan terakhir untuk membangun idealisme itu ada di kampus. Setelah lulus, kalian akan menikmati dunia nyata yang sangat kejam dan pragmatis.

Hidup itu bukan hanya tentang duit, duit, dan DUIT.

Mahasiswa itu #beda!

Yuk kita bangun konsep berpikir yang dewasa. Jangan bangga ke kampus pakai mobil orang tua untuk mejeng sana sini dan tidak peduli dengan lingkungan sekitar, manja dalam belajar serta lemah karakter. Percuma nanti di hari wisuda, para alumni itu hanya menambah daftar pengangguran negeri ini, buat apa kamu kuliah sobat?

Sobat, mari kita maknai dengan #bijak kenapa kita harus kuliah. Ini bukan hanya sekedar mengikuti kebiasaan banyak orang. Tetapi ini tentang upaya membuat diri kita lebih mampu berkontribusi untuk pembangunan bangsa.

Sobat, kamu mau berkontribusi apa selama kuliah?

“Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madyo Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani” (-Ki Hajar Dewantara)


saya bangga menjadi mahasiswa UMB dg segudang aktivitas,,,,
untuk tuhan, bangsa, dan Almamaterku, Allahuakbar...!!!!

Minggu, 13 Mei 2012


Narkoba atau NAPZA adalah bahan / zat yang dapat mempengaruhi kondisi kejiwaan / psikologi seseorang ( pikiran, perasaan dan perilaku ) serta dapat menimbulkan ketergantungan fisik dan psikologi. Yang termasuk dalam NAPZA adalah : Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya.
NARKOTIKA :
Menurut UU RI No 22 / 1997, Narkotika adalah: zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Narkotika terdiri dari 3 golongan :
1. Golongan I : Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh : Heroin, Kokain, Ganja.
2. Golongan II : Narkotika yang berkhasiat pengobatan, digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh : Morfin, Petidin.
3. Golongan III : Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan / atau tujuan pengebangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Contoh : Codein.
PSIKOTROPIKA :
Menurut UU RI No 5 / 1997, Psikotropika adalah : zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku. Psikotropika terdiri dari 4 golongan :
1. Golongan I : Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Ekstasi.
2. Golongan II : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalan terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Amphetamine.
3. Golongan III : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Phenobarbital.
4. Golongan IV : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Diazepam, Nitrazepam ( BK, DUM ).
ZAT ADIKTIF LAINNYA :
Yang termasuk Zat Adiktif lainnya adalah : bahan / zat yang berpengaruh psikoaktif diluar Narkotika dan Psikotropika, meliputi :
1. Minuman Alkohol : mengandung etanol etil alkohol, yang berpengaruh menekan susunan saraf pusat, dan sering menjadi bagian dari kehidupan manusia sehari – hari dalam kebudayaan tertentu. Jika digunakan bersamaan dengan Narkotika atau Psikotropika akan memperkuat pengaruh obat / zat itu dalam tubuh manusia. Ada 3 golongan minuman beralkohol :
a. Golongan A : kadar etanol 1 – 5 % ( Bir ).
b. Golongan B : kadar etanol 5 – 20 % ( Berbagai minuman anggur )
c. Golongan C : kadar etanol 20 – 45 % ( Whisky, Vodca, Manson House, Johny Walker)
2. Inhalasi ( gas yang dihirup ) dan solven ( zat pelarut ) mudah menguap berupa senyawa organik, yang terdapat pada berbagai barang keperluan rumah tangga, kantor, dan sebagai pelumas mesin. Yang sering disalahgunakan adalah : Lem, Tiner, Penghapus Cat Kuku, Bensin.
3. Tembakau : pemakaian tembakau yang mengandung nikotin sangat luas di masyarakat.
Dalam upaya penanggulangan NAPZA di masyarakat, pemakaian rokok dan alkohol terutama pada remaja, harus menjadi bagian dari upaya pencegahan, karena rokok dan alkohol sering menjadi pintu masuk penyalahgunaan NAPZA lain yang berbahaya.
Berdasarkan efeknya terhadap perilaku yang ditimbulkan dari NAPZA dapat digolongkan menjadi 3 golongan :
1. Golongan Depresan ( Downer ). Adalah jenis NAPZA yang berfungsi mengurangi aktifitas fungsional tubuh. Jenis ini membuat pemakainya menjadi tenang dan bahkan membuat tertidur bahkan tak sadarkan diri. Contohnya: Opioda ( Morfin, Heroin, Codein ), sedative ( penenang ), Hipnotik (obat tidur) dan Tranquilizer (anti cemas ).
2. Golongan Stimulan ( Upper ). Adalah jenis NAPZA yang merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan kegairahan kerja. Jenis ini menbuat pemakainnya menjadi aktif, segar dan bersemangat. Contoh: Amphetamine (Shabu, Ekstasi), Kokain.
3. Golongan Halusinogen. Adalah jenis NAPZA yang dapat menimbulkan efek halusinasi yang bersifat merubah perasaan, pikiran dan seringkali menciptakan daya pandang yang berbeda sehingga seluruh persaan dapat terganggu. Contoh: Kanabis ( ganja ).
II. PENYALAHGUNAAN NAPZA :
Di dalam masyarakat NAPZA / NARKOBA yang sering disalahgunakan adalah :
1. Opiada, terdapat 3 golonagan besar :
a. Opioda alamiah ( Opiat ) : Morfin, Opium, Codein.
b. Opioda semisintetik : Heroin / putauw, Hidromorfin.
c. Opioda sintetik : Metadon.
Nama jalanan dari Putauw : ptw, black heroin, brown sugar.
Heroin yang murni berbentuk bubuk putih, sedangkan yang tidak murni berwarna putih keabuan.
Dihasilkan dari getah Opium poppy diolah menjadi morfin dengan proses tertentu dihasilkan putauw, yang kekuatannya 10 kali melebihi morfin.Sedangkan opioda sintetik mempunyai kekuatan 400 kali lebih kuat dari morfin. Morfin, Codein, Methadon adalah zat yang digunakan oleh dokter sebagai penghilang sakit yang sangat kuat, misalnya pada opreasi, penderita cancer.
Reaksi dari pemakaian ini sangat cepat yang kemudian menimbulkan perasaan ingin menyendiri untuk menikmati efek rasanya dan pada taraf kecanduan pemakai akan kehilangan percaya diri hingga tak mempunyai keinginan untuk bersosialisasi. Pemakai akan membentuk dunianya sendiri, mereka merasa bahwa lingkungannya menjadi musuh.
2. KOKAIN :

Kokain berupa kristal putih, rasanya sedikit pahit dan lebih mudah larut
Nama jalanan : koka, coke, happy dust, chalie, srepet, snow / salju.
Cara pemakainnya : membagi setumpuk kokain menjadi beberapa bagian berbaris lurus diatas permukaan kaca atau alas yang permukaannya datar kemudian dihirup dengan menggunakan penyedot seperti sedotan atau dengan cara dibakar bersama dengan tembakau. Penggunaan dengan cara dihirup akan beresiko kering dan luka pada sekitar lubang hidung bagian dalam.
Efek pemakain kokain : pemakai akan merasa segar, kehilangan nafsu makan, menambah percaya diri, dan dapat menghilangkan rasa sakit dan lelah.
3. KANABIS :

Nama jalanan : cimeng, ganja, gelek, hasish, marijuana, grass, bhang.
Berasal dari tanaman kanabis sativa atau kanabis indica.
Cara penggunaan : dihisap dengan cara dipadatkan menyerupai rokok atau dengan menggunakan pipa rokok.
Efek rasa dari kanabis tergolong cepat, pemakai cenderung merasa lebih santai, rasa gembira berlebihan ( euphoria ), sering berfantasi / menghayal, aktif berkomunikasi, selera makan tinggi, sensitive, kering pada mulut dan tenggorokan.
4. AMPHETAMINE :

Nama jalanan : seed, meth, crystal, whiz.
Bentuknya ada yang berbentuk bubuk warna putih dan keabuan dan juga tablet.
Cara penggunaan : dengan cara dihirup. Sedangkan yang berbentuk tablet diminum dengan air.
Ada 2 jenis Amphetamine :
a. MDMA ( methylene dioxy methamphetamine )
Nama jalanan : Inex, xtc.
Dikemas dalam bentuk tablet dan capsul.
b. Metamphetamine ice
Nama jalanan : SHABU, SS, ice.
Cara pengunaan dibakar dengan mengunakan alumunium foil dan asapnya dihisap atau dibakar dengan menggunakan botol kaca yang dirancang khusus ( boong ).
5. LSD ( Lysergic Acid ).

Termasuk dalam golongan halusinogen.
Nama jalanan : acid, trips, tabs, kertas.
Bentuk : biasa didapatkan dalam bentuk kertas berukuran kotak kecil sebesar seperempat perangko dalam banyak warna dan gambar. Ada juga yang berbentuk pil dan kapsul.
Cara penggunaan : meletakan LSD pada permukaan lidah, dan bereaksi setelah 30 – 60 menit kemudian, menghilang setelah 8 – 12 jam.
Efek rasa : terjadi halusinasi tempat, warna, dan waktu sehingga timbul obsesi yang sangat indah dan bahkan menyeramkan dan lama – lama menjadikan penggunaanya paranoid.
6. SEDATIF – HIPNOTIK ( BENZODIAZEPIN ) :

Termasuk golongan zat sedative ( obat penenang ) dan hipnotika ( obat tidur ).
Nama jalanan : Benzodiazepin : BK, Dum, Lexo, MG, Rohyp.
Cara pemakaian : dengan diminum, disuntikan, atau dimasukan lewat anus.
Digunakan di bidang medis untuk pengobatan pada pasien yang mengalami kecemasan, kejang, stress, serta sebagai obat tidur.
7. SOLVENT / INHALASI :

Adalah uap gas yang digunakan dengan cara dihirup. Contohnya : Aerosol, Lem, Isi korek api gas, Tiner, Cairan untuk dry cleaning, Uap bensin.
Biasanya digunakan dengan cara coba – coba oleh anak di bawah umur, pada golongan yang kurang mampu.
Efek yang ditimbulkan : pusing, kepala berputar, halusinasi ringan, mual, muntah gangguan fungsi paru, jantung dan hati.
8. ALKOHOL :

Merupakan zat psikoaktif yang sering digunakan manusia
Diperoleh dari proses fermentasi madu, gula, sari buah dan umbi – umbian yang mengahasilkan kadar alkohol tidak lebih dari 15 %, setelah itu dilakukan proses penyulingan sehingga dihasilkan kadar alkohol yang lebih tinggi, bahkan 100 %.
Nama jalanan : booze, drink.
Efek yang ditimbulkan : euphoria, bahkan penurunan kesadaran

III. PENYALAHGUNAAN DAN KETERGANTUNGAN

Penyalahguanaan adalah : penggunaan salah satu atau beberapa jenis NAPZA secara berkala atau teratur diluar indikasi medis, sehingga menimbulkan gangguan kesehatan fisik, psikis dan gangguan fungsi sosial.
Ketergatungan adalah : keadaan dimana telah terjadi ketergantungan fisik dan psikis, sehingga tubuh memerlukan jumlah NAPZA yang makin bertambah ( toleransi ), apabila pemakaiannya dikurangi atau diberhentikan akan timbul gejala putus obat ( withdrawal symptom ).
# PENYEBAB PENYALAHGUNAAN NAPZA

Penyebabnya sangatlah kompleks akibat interaksi berbagai faktor :
1. Faktor individual :

Kebanyakan dimulai pada saat remaja, sebab pada remaja sedang mengalami perubahan biologi, psikologi maupun sosial yang pesat. Ciri – ciri remaja yang mempunyai resiko lebih besar menggunakan NAPZA :
a. Cenderung memberontak
b. Memiliki gangguan jiwa lain, misalnya : depresi, cemas.
c. Perilaku yang menyimpang dari aturan atau norma yang ada
d. Kurang percaya diri
e. Mudah kecewa, agresif dan destruktif
f. Murung, pemalu, pendiam
g. Merasa bosan dan jenuh
h. Keinginan untuk bersenang – senang yang berlebihan
i. Keinginan untuk mencaoba yang sedang mode
j. Identitas diri kabur
k. Kemampuan komunikasi yang rendah
l. Putus sekolah
m. Kurang menghayati iman dan kepercayaan.
2. Faktor Lingkungan :

Faktor lingkungan meliputi faktor keluarga dan lingkungan pergaulan baik sekitar rumah, sekolah, teman sebaya, maupun masyarakat.
Lingkungan Keluarga :
a. Komunikasi orang tua dan anak kurang baik
b. Hubungan kurang harmonis
c. Orang tua yang bercerai, kawin lagi
d. Orang tua terlampau sibuk, acuh
e. Orang tua otoriter
f. Kurangnya orang yang menjadi teladan dalam hidupnya
g. Kurangnya kehidupan beragama.
Lingkungan Sekolah :
a. Sekolah yang kurang disiplin
b. Sekolah terletak dekat tempat hiburan
c. Sekolah yang kurang memberi kesempatan pada siswa untuk mengembangkan diri secara kreatif dan positif
d. Adanya murid pengguna NAPZA.
Lingkungan Teman Sebaya :

a. Berteman dengan penyalahguna
b. Tekanan atau ancaman dari teman.
Lingkungan Masyrakat / Sosial :
a. Lemahnya penegak hukum
b. Situasi politik, sosial dan ekonomi yang kurang mendukung.
Faktor – faktor tersebut diatas memang tidak selalu membuat seseorang kelak menjadi penyalahguna NAPZA. Akan tetapi makin banyak faktor – faktor diatas, semakin besar kemungkinan seseorang menjadi penyalahguna NAPZA.
# GEJALA KLINIS PENYALAHGUNAAN NAPZA :
1. Perubahan Fisik :

- Pada saat menggunakan NAPZA : jalan sempoyongan, bicara pelo ( cadel ), apatis ( acuh tak acuh ), mengantuk, agresif.
– Bila terjadi kelebihan dosis ( Overdosis ) : nafas sesak, denyut jantung dan nadi lambat, kulit teraba dingin, bahkan meninggal.
– Saat sedang ketagihan ( Sakau ) : mata merah, hidung berair, menguap terus, diare, rasa sakit seluruh tubuh, malas mandi, kejang, kesadaran menurun.
– Pengaruh jangka panjang : penampilan tidak sehat, tidak perduli terhadap kesehatan dan kebersihan, gigi keropos, bekas suntikan pada lengan.
2. Perubahan sikap dan perilaku :

- Prestasi di sekolah menurun, tidak mengerjakan tugas sekolah, sering membolos, pemalas, kurang bertanggung jawab.
– Pola tidur berubah, begadang, sulit dibangunkan pagi hari, mengantuk di kelas atau tempat kerja.
– Sering berpergian sampai larut malam, terkadang tidak pulang tanpa ijin.
– Sering mengurung diri, berlama – lama di kamar mandi, menghidar bertemu dengan anggota keluarga yang lain.
– Sering mendapat telpon dan didatangi orang yang tidak dikenal oleh anggota keluarga yang lain.
– Sering berbohong, minta banyak uang dengan berbagai alasan tapi tidak jelas penggunaannya, mengambil dan menjual barang berharga milik sendiri atau keluarga, mencuri, terlibat kekerasan dan sering berurusan dengan polisi.
– Sering bersikap emosional, mudah tersinggung, pemarah, kasar, bermusuhan pencurigaan, tertutup dan penuh rahasia.
# PENGARUH PENYALAHGUNAAN NAPZA
NAPZA berpengaruh pada tubuh manusia dan lingkungannya :
1. Komplikasi Medik : biasanya digunakan dalam jumlah yang banyak dan cukup lama. Pengaruhnya pada :
a. Otak dan susunan saraf pusat :
- gangguan daya ingat
- gangguan perhatian / konsentrasi
- gangguan bertindak rasional
- gagguan perserpsi sehingga menimbulkan halusinasi
- gangguan motivasi, sehingga malas sekolah atau bekerja
- gangguan pengendalian diri, sehingga sulit membedakan baik / buruk.
b. Pada saluran napas : dapat terjadi radang paru ( Bronchopnemonia ). pembengkakan paru ( Oedema Paru )
c. Jantung : peradangan otot jantung, penyempitan pembuluh darah jantung.
d. Hati : terjadi Hepatitis B dan C yang menular melalui jarum suntik, hubungan seksual.
e. Penyakit Menular Seksual ( PMS ) dan HIV / AIDS.
Para pengguna NAPZA dikenal dengan perilaku seks resiko tinggi, mereka mau melakukan hubungan seksual demi mendapatkan zat atau uang untuk membeli zat. Penyakit Menular Seksual yang terjadi adalah : kencing nanah ( GO ), raja singa ( Siphilis ) dll. Dan juga pengguna NAPZA yang mengunakan jarum suntik secara bersama – sama membuat angka penularan HIV / AIDS semakin meningkat. Penyakit HIV / AIDS menular melalui jarum suntik dan hubungan seksual, selain melalui tranfusi darah dan penularan dari ibu ke janin.
f. Sistem Reproduksi : sering terjadi kemandulan.
g. Kulit : terdapat bekas suntikan bagi pengguna yang menggunakan jarum suntik, sehingga mereka sering menggunakan baju lengan panjang.
h. Komplikasi pada kehamilan :
- Ibu : anemia, infeksi vagina, hepatitis, AIDS.
- Kandungan : abortus, keracunan kehamilan, bayi lahir mati
- Janin : pertumbuhan terhambat, premature, berat bayi rendah.
2. Dampak Sosial :
a. Di Lingkungan Keluarga :
 Suasana nyaman dan tentram dalam keluarga terganggu, sering terjadi pertengkaran, mudah tersinggung.
 Orang tua resah karena barang berharga sering hilang.
 Perilaku menyimpang / asosial anak ( berbohong, mencuri, tidak tertib, hidup bebas) dan menjadi aib keluarga.
 Putus sekolah atau menganggur, karena dikeluarkan dari sekolah atau pekerjaan, sehingga merusak kehidupan keluarga, kesulitan keuangan.
 Orang tua menjadi putus asa karena pengeluaran uang meningkat untuk biaya pengobatan dan rehabilitasi.
b. Di Lingkungan Sekolah :
 Merusak disiplin dan motivasi belajar.
 Meningkatnya tindak kenakalan, membolos, tawuran pelajar.
 Mempengaruhi peningkatan penyalahguanaan diantara sesama teman sebaya.
c. Di Lingkungan Masyarakat :
 Tercipta pasar gelap antara pengedar dan bandar yang mencari pengguna / mangsanya.
 Pengedar atau bandar menggunakan perantara remaja atau siswa yang telah menjadi ketergantungan.
 Meningkatnya kejahatan di masyarakat : perampokan, pencurian, pembunuhan sehingga masyarkat menjadi resah.
 Meningkatnya kecelakaan.
# UPAYA PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NAPZA :
Upaya pencegahan meliputi 3 hal :
1. Pencegahan primer : mengenali remaja resiko tinggi penyalahgunaan NAPZA dan melakukan intervensi.
Upaya ini terutama dilakukan untuk mengenali remaja yang mempunyai resiko tinggi untuk menyalahgunakan NAPZA, setelah itu melakukan intervensi terhadap mereka agar tidak menggunakan NAPZA.
Upaya pencegahan ini dilakukan sejak anak berusia dini, agar faktor yang dapat menghabat proses tumbuh kembang anak dapat diatasi dengan baik.
2. Pencegahan Sekunder : mengobati dan intervensi agar tidak lagi menggunakan NAPZA.
3. Pencegahan Tersier : merehabilitasi penyalahgunaan NAPZA.
Yang dapat dilakukan di lingkungan keluarga untuk mencegah penyalahgunaan NAPZA :
1. Mengasuh anak dengan baik.
- penuh kasih sayang
- penanaman disiplin yang baik
- ajarkan membedakan yang baik dan buruk
- mengembangkan kemandirian, memberi kebebasan bertanggung jawab
- mengembangkan harga diri anak, menghargai jika berbuat baik atau mencapai prestasi tertentu.
2. Ciptakan suasana yang hangat dan bersahabat
Hal ini membuat anak rindu untuk pulang ke rumah.
3. Meluangkan waktu untuk kebersamaan.
4. Orang tua menjadi contoh yang baik.
Orang tua yang merokok akan menjadi contoh yang tidak baik bagi anak.
5. Kembangkan komunikasi yang baik
Komunikasi dua arah, bersikap terbuka dan jujur, mendengarkan dan menghormati pendapat anak.
6. Memperkuat kehidupan beragama.
Yang diutamakan bukan hanya ritual keagamaan, melainkan memperkuat nilai moral yang terkandung dalam agama dan menerapkannya dalam kehidupan sehari – hari.
7. Orang tua memahami masalah penyalahgunaan NAPZA agar dapat berdiskusi dengan anak
Yang dilakukan di lingkungan sekolah untuk pencegahan penyalahgunaan NAPZA :
1. Upaya terhadap siswa :
 Memberikan pendidikan kepada siswa tentang bahaya dan akibat penyalahgunaan NAPZA.
 Melibatkan siswa dalam perencanaan pencegahan dan penanggulangan penyalahgunaan NAPZA di sekolah.
 Membentuk citra diri yang positif dan mengembangkan ketrampilan yang positif untuk tetap menghidari dari pemakaian NAPZA dan merokok.
 Menyediakan pilihan kegiatan yang bermakna bagi siswa ( ekstrakurikuler ).
 Meningkatkan kegiatan bimbingan konseling.Membantu siswa yang telah menyalahgunakan NAPZA untuk bisa menghentikannya.
 Penerapan kehidupan beragama dalam kegiatan sehari – hari.
2. Upaya untuk mencegah peredaran NAPZA di sekolah :
 Razia dengan cara sidak
 Melarang orang yang tidak berkepentingan untuk masuk lingkungan sekolah
 Melarang siswa ke luar sekolah pada jam pelajaran tanpa ijin guru
 Membina kerjasama yang baik dengan berbagai pihak.
 Meningkatkan pengawasan sejak anak itu datang sampai dengan pulang sekolah.
3. Upaya untuk membina lingkungan sekolah :
 Menciptakan suasana lingkungan sekolah yang sehat dengan membina huibungan yang harmonis antara pendidik dan anak didik.
 Mengupayakan kehadiran guru secara teratur di sekolah
 Sikap keteladanan guru amat penting
 Meningkatkan pengawasan anak sejak masuk sampai pulang sekolah.
Yang dilakukan di lingkungan masyarakat untuk mencegah penyalahguanaan NAPZA:
1. Menumbuhkan perasaan kebersamaan di daerah tempat tinggal, sehingga masalah yang terjadi di lingkungan dapat diselesaikan secara bersama- sama.
2. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang penyalahguanaan NAPZA sehingga masyarakat dapat menyadarinya.
3. Memberikan penyuluhan tentang hukum yang berkaitan dengan NAPZA.
4. Melibatkan semua unsur dalam masyarakat dalam melaksanakan pencegahan dan penanggulangan penyalahguanaan NAPZA.
IV. KESIMPULAN
Masalah penyalahguanaan NARKOBA / NAPZA khususnya pada remaja adalah ancaman yang sangat mencemaskan bagi keluarga khususnya dan suatu bangsa pada umumnya. Pengaruh NAPZA sangatlah buruk, baik dari segi kesehatan pribadinya, maupun dampak sosial yang ditimbulkannya.
Masalah pencegahan penyalahgunaan NAPZA bukanlah menjadi tugas dari sekelompok orang saja, melainkan menjadi tugas kita bersama. Upaya pencegahan penyalahgunaan NAPZA yang dilakukan sejak dini sangatlah baik, tentunya dengan pengetahuan yang cukup tentang penanggulangan tersebut.
Peran orang tua dalam keluarga dan juga peran pendidik di sekolah sangatlah besar bagi pencegahan penaggulangan terhadap NAPZA.