“Hari ini menentukan masa
depan”
 |
fatra kurniawan |
Kalimat bijak ini biasanya digunakan untuk
membangkitkan motivasi agar selalu membiasakan diri melakukan yang terbaik pada
hari ini. Tujuannya adalah agar di masa depan kita pun mendapat yang terbaik.
Aplikasi nyatanya, misalnya, jika hari ini kita rajin belajar maka kita akan
pandai dan masa depan kita akan cemerlang. Atau, istilah sederhananya ‘mudah
mendapatkan pekerjaan’. Sebaliknya, jika hari ini kita malas, maka hari esok
akan menjadi suram, sulit mendapatkan pekerjaan.
Definisi dari interpretasi kata bijak tersebut memang
baik untuk memotivasi diri kita supaya terus melakukan yang terbaik pada setiap
harinya. Namun, sayangnya hanya berorientasi pada “kebaikan hari ini” dan
keoptimisan “hari esok sebagai dampak kebaikan yang kita lakukan hari ini”. Hal
ini menimbulkan kesan bahwa kita berjalan tanpa tujuan yang pasti. Hanya
menapaki jalan ke segala arah asalkan aman, tidak berduri dan berkerikil tajam,
maka kita akan sampai pada sebuah tempat yang indah dan penuh kebahagiaan. Tapi
tempat tersebut pun belum pasti apa dan di mana. Padahal, sudah menjadi
filosofi umum bahwa dalam perjalanan, membuat sebuah karya, atau apa pun, kita
harus memiliki tujuan pasti. Dengan kata lain, tujuan kita di masa depan harus
jelas agar apa yang kita lakukan hari ini untuk menggapai tujuan tersebut tidak
sia-sia belaka. Oleh karena itu, marilah mengubah persepsi bahwa masa depan
menentukan hari ini, bukan hari ini menentukan masa depan.
“Masa depan menentukan hari ini”

Kalimat dalam tanda kutip tersebut berarti bahwa kita
harus merancang masa depan terlebih dahulu untuk kemudian menentukan
tindakan-tindakan apa yang harus kita lakukan untuk mencapai masa depan yang
kita rancang. Misalnya, ketika seorang siswa kelas 3 SMA harus menentukan
universitas dan jurusan untuk melanjutkan kuliah. Tidak bijak jika asal saja
memilih universitas, lebih lagi asal memilih jurusan dengan dalih ‘yang penting
bisa kuliah’. Siswa tersebut sebaiknya terlebih dahulu menentukan jurusan apa
yang akan ia ambil berdasarkan minat, bakat, dan cita-citanya. Misalnya, ia
ingin menjadi guru Bahasa Inggris, maka hendaklah ia memilih jurusan pendidikan
Bahasa Inggris. Setelah itu, barulah menentukan perguruan tinggi atau universitasnya.
Tentu, universitas yang dipilih harus memiliki fakultas keguruan dan ilmu
pendidikan. Selama masa kuliah, nantinya ia akan belajar tentang bagaimana
menjadi seorang guru dan sekaligus mendalami ilmu yang akan ia ajarkan sebagai
perbekalan menjadi guru. Ia pun sebaiknya mulai mengajar, seperti les atau
privat, agar dapat semakin membiasakan diri dan mencintai profesi sebagai
pendidik.
Jika dipetakan, kira-kira akan menjadi seperti berikut
ini:
Masa depan= Tujuan <> Guru Bahasa Inggris (di
masa depan kita memiliki tujuan, yaitu menjadi guru bahasa Inggris).
Hari ini = Upaya menggapai tujuan <> Kuliah
jurusan pendidikan Bahasa Inggris, latihan mengajar (Hari ini kita melakukan
upaya untuk menggapai tujuan di masa depan, yaitu dengan mengambil kuliah
jurusan Pendidikan Bahasa Inggris dan latihan mengajar).
Dengan demikian kita telah memiliki tujuan akhir yang
pasti beserta rute jalan yang harus kita lalui untuk menggapai tujuan tersebut.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Jadilah engkau di dunia ini seperti orang asing atau penyeberang jalan.” (HR.
Bukhari).
Maksud dari “orang asing” dalam hadits tersebut adalah
posisi kita di dunia saat ini, karena sebenarnya kampung halaman kita adalah
surga, dan di dunia ini kita hanyalah dalam perjalanan. Kita tentu amat rindu
untuk bisa kembali ke surga yang penuh keindahan itu. Namun, untuk dapat
kembali ke sana bukanlah dengan cuma-cuma. Ada syarat dan ketentuan yang harus
kita miliki dan lakukan, ada pengorbanan dan usaha yang harus dilakukan,
seperti senantiasa menghadirkan hukum syariat di hati dalam setiap keadaan,
melaksanakan konsekuensi hukum tersebut, dan segera bertaubat atau memohon
ampunan ketika terjerumus dalam dosa. Begitu pula dengan pencapaian kita
terhadap sebuah tujuan di dunia, harus dengan upaya dan pengorbanan tertentu,
seperti contoh yang telah dipaparkan di atas.
Kita di dunia adalah pengembara, seorang yang tengah
mengadakan perjalanan, maka tujuan hidup kita haruslah jelas, perbekalan dan
rute yang akan kita lalui pun harus jelas agar mencapai keparipurnaan tujuan.
Oleh karena itu, mari mengubah persepsi bahwa masa depan menentukan hari ini.
Wallahu a’lam bisshawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar