MENENGOK PERANAN PEMUDA MENUJU PERUBAHAN
Pemuda
merupakan bagian tak terpisahkan dari rakyat. Dari tangan para pemuda
inilah nasib bangsa dan Negara dipertaruhkan. Dalam perjalananya para
pemuda yang dipelopori oleh mahasiswa mencoba untuk terus
memperjuangkan kepentingan rakyat walaupun di satu sisi akan
berbenturan
dengan berbagai kepentingan rezim. Akan tetapi inilah
hal yang membuktikan bahwa mahasiswa/pemuda merupakan iron stock yang
akan membawa perubahan ke depan.
Ada fakta menarik bila kita sedikit flash back sejarah pergerakan mahasiswa dari rezim orba-reormasi:
1965
Demonstrasi
terjadi di mana-mana sebagai reaksi ketidakpuasan mahasiswa akibat
kebijakan pemerintah saat itu yang mengakibatkan ketimpangan social
semakin terlihat. Kesenjangan ekonomi semakin tampak yang mengakibatkan
kesengsaraan rakyat semakin menjadi. Reaksi ini mengkibatkan rakyat
dan mahasiswa mengeluarkan TRITURA:
1. Turunkan harga
2. Rombak Kabinet dwikora
3. Bubarkan PKI
1974
Terjadi
peristiwa MALARI . ratusan mahasiswa ditangkap karena dituduh berbuat
makar. Peristiwa ini terjadi akibat pasar Indonesia dikuasai jepang hal
ini jelas merugikan rakyat dan eksistensi Negara sendiri.
1978
Lahirnya
NKK/BKK, yang menuntut mahasiswa untuk study oriented. Dema (dewan
mahasiswa) dibubarkan, organisasi ekstra kampus dilarang beraktivitas
di dalam kampus. Hal ini menyebabkan sempitnya ruang gerak dan berpikir
mahasiswa. NKK (Normalisasi Kehidupan Kampus) adalah upaya untuk
menjaga kehidupan kampus agar tetap beorientasi akademis. BKK (Badan
Koordinasi Kampus) adalah upaya penyempitan ruang gerak mahasiswa
melalui pengawasan yang ketat dari rektorat.
1980an
Untuk
menekan pengaruh Islam, pemerintah memberlakukan asas tunggal
(PANCASILA). Azas Pancasila terus didoktrinkan dalam kehidupan kampus.
Hal ini juga menyebabkan HMI pecah menjadi HMI DPO dan HMI MPO.
1998
Badai
krisis ekonomi menghantam Indonesia, kondisi ini semakin parah dengan
adanya KKN para elite politik. Tuntutan agar Ssoeharto mundur terjadi
dimana-mana, tragedi trisakti puncaknya. Mahasiswa dan rakyat berhasil
menduduki gedung MPR/DPR. Rezim orba berakhir setelah pada tanggal 21
Mei 1998 menyatakan mengundurkan diri sebagai Presiden RI.
Era Reformasi
Pada
era Presiden Habibie banyak ketidakpuasan yang disinyalir Habibie
merupakan produk orba. Pada saat era Gus Dur juga diwarnai aksi akibat
kasus bullogaite, nepotisme,dll yang berujung pemberhentian Gusdur
sebagai presiden pada waktu itu. Pada era Megawati juga banyak
demonstrasi Mahasiswa di berbagai daerah. Mahasiswa dan rakyat tidak
puas dengan rezim waktu itu yang telah menjual aset nasional, korupsi
sukhoi, dll. Ketika tampuk kepemimpinan beralih k SBY, juga tidak luput
dari sorotan mahasiswa terhadap kinerja. Kebijakan menaikan harga BBM
dan kedatangan bush menjadi isu paling dominan seputar demonstrasi
mahasiswa. Pemerintah juga dinilai plin-plan terkait kebijakan menaikkan
harga BBM. Pemerintah juga dinilai melukai rakyat dengan memanfaatkan
momentum pemilu 2009 sebagai ajang untuk meraup suara dengan menaikkan
gaji guru yang dinilai syarat unsur politis.
Fakta
menarik yang bisa kita simpulkan dari kejadian di atas yaitu bahwa
pemuda yang dipelopori oleh mahasiswa dari rezim orde lama-orde
reformasi ini senantiasa terus bergerak mengawal kebijakan-kebijakan
pemerintah melalui mimbar bebas,demonstrasi, diskusi publik, dll. Hal
ini terus dilakukan oleh mahasiswa sebagai iron stock bangsa untuk
membela kepentingan rakyat.
Momentum bagi pemuda
sebetulnya sudah di mulai sejak zaman Rasulullah SAW. Bagaimana ketika
itu beliau menjadi contoh riil semangat pemuda yang berhasil
menyebarkan Islam sampai ke penjuru dunia. Umar bin Khattab mengatakan
“setiap aku mempunyai masalah maka yang kucari adalah pemuda”.
Bila
kita menengok di negara kita, Soekarno pernah mengatakan “berilah aku
seorang pemuda maka aku akan mengguncang dunia”. Hal ini juga
teraktualisasi dalam sumpah pemuda pada tahun 1928 sebagai pelopor
persatuan nasional. Pada 1945 juga peran pemuda sebagai pelopor
proklamasi kemerdekaanRI. Berujung pada 1998 juga peran serta pemuda
yang berhasil menumbangkan rezim orba yang bertahan selama 32 tahun.
“”yaa ayyuhassabab inna fi yadikum amrol ummah wa fii aqdamikum hayaataha”
(wahai pemuda sesungguhnya di tanganmu urusan bangsa dan di derap langkahmu tertumpu hidup dan matinya suatu bangsa).
Pemuda
selama bertahun-tahun bahkan berabad-abad menjadi corong kebangkitan
suatu bangsa..bagaimanakah dengan sekarang?? Bila kita melihat
bagaimana efek dari sumpah pemuda yang telah mengikat seluruh pemuda di
tanah air untuk bersatu melawan imperialisme, pragmatisme, hedonisme,
ini menjadi suatu titik tolak kebangkitan bangsa pada saat itu.
Siapapun
yang memimpin bangsa ini, kepentingan rakyat tetap harus
diperjuangkan. Islam telah mengajarkan bahwa apabila suatu urusan tidak
diserahkan kepada ahlinya tunggulah saat kehancuran. Di era reformasi
ini seharusnya menjadi momentum bagi pemuda sebagai nahkoda masa depan
bangsa. Akan tetapi bila kita lihat di era reformasi inipun, praktis
peninggalan orde barulah yang sampai sekarang sebagai nahkoda masa
depan bangsa. Ini tentunya kontras dengan spirit dan idealisme para
pemuda yang berjuang tak kenal lelah.
Momentum tentunya
masih ada dan akan terus berlanjut beriringan dengan spirit pemuda itu
sendiri. Kedepan diharapkan akan muncul sosok-sosok pemuda yang
memiliki jiwa negarawan. Pemuda muslim tentunya akan menjadi icon besar
dalam peranannya mengawal agenda-agenda reformasi. Pribadi Muslim
Negarawan diharapkan akan senantiasa menghiasi pemuda-pemuda muslim
bangsa ini sebagai umat mayoritas di Tanah Air ini yang ke depan
diharapkan mampu membawa perubahan positif bagi bangsa dan negara ini.
Pribadi Muslim Negarawan tidak hanya sebagai pejabat politik, tetapi
juga berani menolak setiap bentuk intervensi asing dan berbuat untuk
kepentingan rakyat yang dilandasi dengan nilai-nilai Islam.
Bila
kita perhatikan selama ini kebanyakan peranan pemuda hanya sebatas
sebagai “yudikatif (pengawas)” kebijakan-kebijakan pemerintah. Sang
“eksekutif (eksekutor)” adalah pemerintah yang rata-rata dihuni pejabat
tua. Hal ini seringkali terjadi benturan ditataran lapangan
diakibatkan perbedaan paradigma antara golongan tua dan muda. Sejarah
di Republik ini mencatat pemuda/mahasiswa selalu berada di garda depan
membela kepentingan rakyat.
Solusi alternatif kedepan
diharapkan terjadinya keseimbangan antara golongan tua dengan golongan
muda ditataran legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Artinya ke depan
perumus kebijakan, pelaksana kebijakan, dan pengawas kebijakan
merupakan kolaborasi yang seimbang antara kaum senior dengan pemuda.
Solusi ini diharapkan akan membawa bangsa dan negara ini menuju bangsa
dan negara yang adil dan bermartabat. Wallahua’lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar