Urgensi Soft Skills dalam Ospek
BULAN September, seperti biasa seluruh perguruan
tinggi di bengkulu khususnya di kampus ku Univ Muhammadiyah Bengkulu melaksanakan
orientasi studi dan pengenalan kampus (Ospek). Dari tahun 2011 kemarin saya
menjadi panitia oepek yg dikenal MATRIKULASI bersama rekan2 Badan Eksekutif
Mahasiswa (BEM) Republik Mahasiswa UMB, dan waktu itu adalah hal yg sanagt luar
biasa. Kemudian thn ini 2012 sy jg masih menjadi panitia OSPEK yg kini di ganti
menjadi MASTA, walaupun nggak bersama rekan2 seperjuanganku BEM REMA UMB thn
kemarin. Hmmmm,,,,yg penting saya ingin berbagi kepada para calon mahasiswa,,,,
OSPEK,,,,,Orientasi dengan kekerasan mulai
ditinggalkan, dan bergeser kepada hakekat tujuan Ospek itu sendiri. Kewenangan
Ospek ini pun kini ditangani pimpinan bidang kemahasiswaan, sehingga akan
berdampak pada muatan nilai-nilai kegiatan itu.
Ospek model lama, dan pelaksanaan diserahkan kepada
mahasiswa senior didominasi unsur kekerasan dalam upaya menanamkan nilai
kedisiplinan, jujur, pantang menyerah, mempercepat terjadinya jalinan
komunikasi, jiwa mandiri dan tidak manja, mental berani dan percaya diri, rasa
cinta almamater dll. Namun, dalam pelaksaannya banyak cara menyimpang, berbau
kekerasan, dan komersial. Misalnya penugasan: mengumpulkan delapan batang rokok
dengan merek tertentu, mengumpulkan bakmi instan, sisir berjumlah prima, korek
berwarna biru, minuman berwarna biru, pisang raja ganthet dan lai-lain.Tugas
ini menguras uang dan tenaga. Dalam pelaksanaannya pun bernuansa kekerasan ala
militer. Kesalahan selalu dicari-cari, dibentak-bentak dan nuansa
sewenang-wenang senior kepada yunior sangat kental sekali. Belum lagi hukuman,
misal, menatap matahari selama beberapa menit. Memasuki tahun 2008, fenomena
ospek model lama semakin hilang dan berganti dengan berbagai macam cara, sesuai
dengan konsep perguruan tinggi.Nuansa Ilmiah lebih mendominasi.
Permasalahannya, apakah konsep ini hasilnya lebih
baik. Secara positif model ini mencerminkan sisi ilmiah, lebih aman karena
tidak ada kekerasan dan lebih hemat. Tetapi cara ini dinilai gagal dalam
menanamkan nilai disiplin, jujur, sopan santun, rendahnya cinta almamater dan
daya juang lemah. Keengganan mahasiswa untuk terlibat dalam kegiatan
kemahasiswaan juga dianggap produk dari ospek model baru. Ternyata nilai-nilai
yang dinyatakan kurang tersebut adalah nilai-nilai soft skills.
Bagaimana agar model ini tetap terbebas dari kekerasan tetapi mampu menanamkan
nilai-nilai soft skills.
Dasar Perilaku
Soft skills adalah sikap dasar perilaku. Yakni
keterampilan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain (termasuk dengan
dirinya sendiri). Atribut soft skills, meliputi nilai motivasi,
perilaku, kebiasaan, karakter dan sikap. Atribut ini dimiliki oleh setiap orang dengan
kadar berbeda-beda, dipengaruhi oleh kebiasaan berpikir, berkata, bertindak dan
bersikap. (Illah Sailah, 2007)
Dalam buku Lesson from The Top karya Neff dan Citrin
(1999), kebanyakan menyebutkan pentingnya memiliki keterampilan lunak sebagai
syarat sukses. Yang paling menentukan kesuksesan bukanlah keterampilan teknis,
melainkan kualitas diri termasuk dalam kategori soft skills atau
keterampilan berhubungan dengan orang lain (people skills).
Agaknya Ospek belum memberikan nilai ini. Sebagian
besar menu masih berupa pengembangan hard skills dan disajikan dengan
metode ceramah melulu, kering dan membosankan.
Pengembangan soft skills mulai mendapat
perhatian. UMB Ospek sudah penuh dengan muatan soft
skills. Materinya berkaitan dengan faktor-faktor untuk sukses baik dalam
belajar maupun nanti saat bekerja. Ada tiga faktor sukses pada masa Ospek
adalah learning skills, thinking skills dan living skills. Faktor-faktor
ini yang dikembangkan di UGM untuk mengisi Ospek.
Learning skills adalah keterampilan agar mahasiswa
selalu dapat mengembangkan diri melalui proses belajar berkelanjutan. Belajar
tidak hanya sebatas saat kuliah, tetapi bagaimana memanfaatkan sarana-prasarana
di kampus, seperti perpustakaan, internet, laboratorium dll. Peningkatan learning
skills dilatih dengan teknik belajar benar, pemetaan pikiran, dan teknik
membaca.
Fokus dari thinking skills adalah peningkatan
kemampuan menyelesaikan persoalan, pengambilan keputusan. Sedangkan living
skills adalah keterampilan mahasiswa untuk beradaptasi dalam kehidupan
sehari-hari, baik lingkungan kampus maupun masyarakat. Kini mahasiswa baru mengadapi tiga masalah
yakni kemandirian, problem seksualitas dan perubahan lingkungan. Mereka
dituntut mandiri mengatur waktu, uang maupun kepercayaan. Dorongan seksualitas akan menjadi masalah
tersendiri dalam usia-usia matang secara biologis,
sehingga mereka harus menyadari kesakralan seksualitas
dan berbagai dampak dari kegagalan mengatasi dorongan seksualitas tersebut.
Keseimbangan
Peningkatan kompetensi lulusan berbasis soft skills
sangat mendesak, karena pertama untuk memenuhi kebutuhan para pengguna
lulusan perguruan tinggi di dunia kerja dengan orientasi produktivitas tinggi.
Kedua, untuk mewarnai dunia kerja ke arah perbaikan karakter bangsa.
Pencanangan visi pendidikan untuk menghasilkan insan
cerdas dan kompetitif tidak mungkin tercapai tanpa mengembangkan soft
skills.
Alasannya sejak dahulu belum terwujud kejayaan bangsa
di bidang ekonomi, hukum, politik, dan moral. Ratusan ribu sarjana ekonomi
dihasilkan tiap tahun, namun ekonomi masih belum membaik.
Begitu pula ratusan ribu sarjana hukum dihasilkan tiap
tahun, tetapi hukum masih belum bisa ditegakkan.
Ketidakseimbangan antara materi hard skills dan
soft skills dalam pelaksanaan ospek perlu segera diatasi, antara lain
dengan memberikan bobot lebih pada materi pengembangan soft skills
Muda-mudahan OSPEK/MASTA tahun ini baik seperti MATRIKULASI, atau bahkan bisa lebih baik,,,,amin
welcome to UMB fastbiqul khairat mahasiswa baru,,,
salam mahasiswa..!!!
by fatra kurniawan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar