Minggu, 11 Desember 2011

Pahlawan masa lalu, masa kini, dan masa depan

 Tan Malaka : Pahlawan masa lalu, masa kini, dan masa depan
Senin, Agustus 18, 2008
oleh :fatra kurniawan

Saya merasa ragu jika bertanya kepada anak-anak sekolah masa kini tentang nama Tan Malaka. Bahkan saya juga menjadi tambah ragu jika pertanyaan yang sama diberikan kepada orang-orang yang lahir pada masa orde baru ataupun masa reformasi sekarang ini.Saya ragu apakah mereka akan mengenalnya atau tidak. Majalah Tempo (Edisi 11-17 Agustus 2008) memberikan judul "Bapak Republik yang terlupakan" pada seorang Tan Malaka. Hal ini tidak mengherankan karena sejak awal proses kemerdekaan, figur Tan Malaka tidak begitu terlihat di lapangan, apalagi dengan ditutupinya peran beliau oleh bapak-bapak bangsa yang lainnya yang waktu itu sedang bersinar seperti Bung Karno, Bung Hatta, Pak Dirman, dll. Proses "melupakan" ini diperparah dengan kebijakan pemerintahan orde baru yang menyaring nama beliau dalam buku teks pendidikan sejarah Indonesia dikarenakan menganggap sosok Tan Malaka sangat akrab dengan ajaran Komunisme. sebuah pernyataan yang tak terbantahkan tapi merupakan keputusan yang merugikan sejarah Indonesia.

Tan Malaka yang merupakan alumni dari SMA negeri 2 Bukittinggi ini sebenarnya merupakan tokoh penting dan sentral dalam perjalanan Revolusi Indonesia. Namanya dikenal lewat karya-karyanya berupa buku-buku perjuangan yang diterbitkan sejak tahun 1920. Salah satu buku-buku yang terkenal adalah Naar de Republiek Indonesia/Menuju Republik Indonesia (1924), Massa Aksi(1926), Madilog(1943), dan juga Dari Penjara ke Penjara (3 Jilid,1948). Buku-buku itu menjadi pedoman pergerakan revolusi bangsa Indonesia. Nama-nama seperti Soekarno, Sukarni, Muhammad Yamin, Adam Malik membaca dan mengagumi karya-karya beliau. Bahkan bukunya yang berjudul "Massa Aksi" menjadi buku pegangan Bung Karno saat menjadi ketua Klub debat Bandung. Buku yang sama pula yang memberi inspirasi pada W.R. Supratman dalam menciptakan lagu Indonesia Raya. Dan yang lebih menakjubkan adalah bukunya yang berjudul Naar de Republiek Indonesia. Buku yang berbahasa belanda ini adalah buku pertama yang menggagaskan tentang adanya sebuah republik yang melawan Kolonialisme dan Imperialisme barat. Republik itu adalah Republik Indonesia. Buku itu dibuat jauh sebelum bung Karno dan bung Hatta menciptakan sebuah buku pergerakan. Oleh karena karya beliau itu, beliau dijuluki sebagai Bapak Republik oleh Muhammad Yamin.

Tidak hanya rakyat Indonesia saja yang mengagumi pemikiran beliau, para rakyat di eropa dan asia pun turut luluh dan terlecut rasa kebangsaannya setelah membaca karya beliau. Hal inilah yang menjadikan beliau selalu dikejar-kejar oleh negara-negara penjajah yang tidak menginginkan keberadaan beliau.

Setelah lulus SMA beliau melanjutkan pendidikannya di Belanda. Di sinilah beliau banyak belajar tentang ilmu politik. Selain belajar di bangku sekolah, beliau juga belajar langsung tentang keadaan yang sedang terjadi di daerah sekitarnya. Dan kebetulan beliau tinggal di perkampungan buruh dan kaum proletar lainnya. Di daerah inilah beliau semakin tertarik dengan ajaran Komunisme yang dianggapnya sebagai gerakan melawan kolonialisme dan imperialisme. Ketertarikannya inilah yang nantinya membawa beliau menjabat posisi teratas pada Partai Komunis Hindia-Belanda, Partai Komunis Indonesia, dan juga pengawas Komunis pada kawasan asia pasifik. Namun kecintaannya pada Komunis luntur sejalan dengan kepercayaannya bahwa PAN-Islam adalah salah satu elemen yang tidak bisa dilawan tetapi harus disejajarkan dengan ajaran Komunis yang berintikan penolakan terhadap kolonialisme dan Imperialisme. Singkat kata beliau ingin mengabungkan gerakan Anti kemapanan dengan ajaran Islam.

Sikap Tan Malaka yang mengganggap ajaran Komunisme harus bergabung dengan PAN-Islam disampaikan saat beliau menjadi perwakilan Indonesia pada Kongres Komunis Internasional ke-4 di Moskow yang diselenggarakan tahun 1922. Saat itu para peserta kongres kagum akan pemikiran beliau dan juga teknik orasi beliau. "Kongres memberi tepuk tangan yang ramai pada Tan Malaka, seolah-olah telah memberi ovasi padanya," tulis Gerard Vanter untuk harian de Tribune. Dari pemikiran beliau itu, para pengagumnya dibuat semakin bangga kepada beliau karena telah bisa mengambil apa-apa yang baik dari suatu ajaran. Ia seorang Marxis, tapi sekaligus nasionalis. Ia seorang komunis, tapi juga mengedepankan PAN-Islam untuk berjalan bersama dengannya. Ajaran islam dia dapatkan dari tanah kelahirannya di Minangkabau. Dan siapa sangka kalau ternyata dia adalah penghafal Al-Qur'an saat muda.

Tan Malaka yang memiliki kegemaran menulis dan bermain sepakbola ini, pada saat detik-detik proklamasi merupakan orang penting yang berada di belakang terjadinya proklamasi tersebut. Dari persembunyiannya di banten (red: saat itu menjadi buronan dan berganti nama menjadi Ilyas Hussein), tanggal 14 Agustus 1945 Tan Malaka pergi ke Jakarta untuk mengetahui informasi terkini tentang Jepang pada perang dunia kedua. Saat itu beliau pergi ke rumah BM Diah, ketua angkatan baru dan juga redaktur koran Asia Raya, satu-satunya koran yang terbit di Jakarta untuk mengetahui informasi yang diinginkannya. Setelah mendapatkan informasi dari Diah, Tan malaka berpendapat bahwa pimpinan revolusi kemerdekaan harus di tangan pemuda. Hal yang sama disampaikannya saat bertandang ke rumah Sukarni sehabis dari rumah BM. Diah. Saat itu Sukarni terkagum-kagum dengan pemikiran beliau dan setuju dengan pendapat beliau. Namun beliau lantas curiga dengan Tan Malaka yang saat itu bernama Ilyas Hussein. Sukarni curiga orang ini adalah mata-mata Jepang. Padahal dalam pikiran Sukarni sempat terbesit nama Tan Malaka ketika mendengar pendapat Ilyas hussein. Sukarni merasa pendapat ilyas hussein sama persis dengan buku yang ditulis oleh panutannya yaitu Tan malaka. Tan malaka sendiri saat itu menjadi pembicaraan orang banyak tentang karya besarnya serta hilangnya beliau karena dikejar-kejar belanda dan jepang. Bahkan saat itu terdengar kabar kalau Tan Malaka telah tewas dibunuh. Dan yang lebih menghebohkan lagi adalah banyak munculnya Tan Malaka palsu buatan Jepang agar para pemberontak dapat keluar dari bawah tanah karena terpancing oleh karisma Tan Malaka. Namun taktik itu tidak berhasil karena setelah diuji para Tan Malaka palsu tidak memiliki pemikiran yang sama dengan apa yang ada di buku.

Pada tanggal 15 Agustus 1945, sukarni belum mempercayai bahwa ilyas Hussein adalah Tan Malaka yang asli. Oleh karena itu dia tidak banyak mengikutsertakan ilyas hussein dalam salah satu proses sejarah yang teramat penting yang lahir akibat diskusi antara Ilyas Hussein dan Sukarni pada hari sebelumnya tentang pimpinan revolusi kemerdekaan harus di tangan pemuda dan tanpa kompromi dengan Jepang. Peristiwa itu adalah pengamanan Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok. Peran Tan Malaka semakin tidak terlihat setelah terjadinya pembacaan Teks proklamasi pada hari setelah peristiwa Rengasdengklok, dan dia tidak mengetahuinya padahal beliaulah aktor besar di balik semua itu, semangat pemuda dan juga dasar pemikiran Soekarno. Dalam buku Riwayat Proklamasi agustus 1945, Adam Malik melukiskan peristiwa itu sebagai "Kepedihan Riwayat". sukarni bertahun-tahun membaca buku politik Tan. Tapi pada saat ia membutuhkan pikiran dari orang sekaliber Tan, Sukarni enggan bertanya siapa Hussein sesungguhnya. "Ia malah membiarkannya pergi jalan kaki, lepas dari pandangan mata," kata Adam Malik.

Setelah Proklamasi kemrdekaan berlangsung, Tan pergi ke rumah Teman satu almamater dengan beliau di Belanda, teman itu adalah Ahmad subarjo. subarjo yang saat itu ada di rumah keget dengan kedatangan Tan. Beliau mengetahui bahwa Tan telah tewas, tetapi terbukti berita itu tidak benar. Setelah itu beliau dikenalkan oleh bung Karno oleh subarjo. Bung Karno yang saat itu mengidolakan Tan Malaka, semakin kagum setelah berdiskusi dengan beliau. Setelah membentuk pemerintahan bung Karno membuat Testamen Politik yang menetapkan Tan Malaka sebagai pengganti dirinya jika Soekarno-Hatta ditawan oleh Belanda dan tentara Sekutu. Testamen itu dibuat setelah Soekarno mendengar prediksi Tan Malaka bahwa Belanda akan kembali datang setelah proklamasi kemerdekaan. Dan prediksi itu tepat.

Dua minggu bersama bung Karno,Tan merasa kecewa dengan sikap bunga Karno dan Hatta yang masih berkompromi dengan Jepang yang masih ada di Indonesia. Beliau juga merasa kecewa dengan masih adanya rasa takut pada rakyat Indonesia untuk melawan Jepang yang saat itu telah kalah. Kemudian dengan tokoh pemuda seperti Sukarni beliau merencanakan menggelar aksi massa sesuai yang tercermin pada bukunya Massa Aksi pada tanggal 17 September 1945. Aksi massa itu dikenal dengan Rapat Akbar di Lapangan Ikada. waktu pelaksanaannya sendiri mundur dari jadwal sehingga baru bisa berlangsung pada tanggal 19 September 1945. Pada aksi massa itu, Tan Malaka bermaksud untuk membangkitkan semangat rakyat bahwa tidak ada yang perlu ditakutkan lagi. untuk menambah semangat, Tan mengundang seluruh jajaran pemerintahan. Namun Tan merasa kecewa dengan pidato yang disampaikan oleh soekarno karena dianggap masih bersifat diplomatis dan tidak mencerminkan massa aksi dari rakyat,oleh Rakyat, dan Untuk Rakyat.

Setelah peristiwa di lapangan Ikada tersebut, Tan Malaka diminta oleh Soekarno untuk menjadi bagian dalam pemerintahan Indonesia. saat itu Tan menolak karena merasa pemerintahan yang ada masih mengutamakan unsur diplomasi kepada Jepang. "Orang tak akan berunding dengan maling di rumahnya sendiri," kata Tan Malaka.Hal ini diperparah lagi dengan dipimpinnya pemerintahan kala itu oleh Sutan Syahrir sebagai perdana mentri. Syahrir adalah sosok yang sangat bertentangan dengan dirinya. Syahris seorang sosial-demokrat. Kemudian karir politik Tan Malaka berlanjut dengan membentuk beberapa partai. salah satunya adalah Partai Murba. Padahal sebelumnya Tan malaka telah mendirikan Partai Republik Indonesia di Thailand pada tahun 1927.

Pemikirannya tentang tak ada kompromi dengan pihak penjajah diamini oleh sudirman yang kala itu menjabat sebagai panglima besar TNI RI. Pak Dirman menganggap kemerdekaan seratus persen adalah mutlak. Karena persamaan pendapat ini beliau dekat dengan Tan Malaka. Kedua orang ini disebut Dwitunggal dan disamakan dengan Soekarno-Hatta dan Amir Syarifudin-syahrir oleh Adam Malik.Duet ini ditambah kompak setelah Pak Dirman sepakat dengan pemikiran Tan Malaka dalam Buku Gerilya Politik Ekonomi tulisan Tan Malaka. Pak Dirman dan Tan Malaka berkerjasama dalam mengatasi Agresi militer belanda kedua, padahal saat itu Tan Malaka sedang menjadi buronan pemerintah RI karena dianggap merencanakan kudeta.Saat syahrir mengutus orang untuk membesmi Tan Malaka, pak Dirman pun mengutus orang untuk membasmi pasukan yang hendak menagkap Tan Malaka. Namun utusannya itu ditangkap oleh Letkol Soeharto(presiden Ri ke-2) setelah melakukan aksinya.

Pada saat Agresi militer belanda kedua, belanda berhasil menawan Soekarno, Hatta, Syahrir, Haji agus salim. Namun pak Dirman berhasil meloloskan diri dan melaksanakan perang gerilya di pelosok pulau jawa. Begitu pula dengan Tan Malaka, beliau bersama Mayor sabarudin dan 50 pengawal bergerak melaksanakan perang gerilya juga. Namun beliau dengan tragis tewas di tangan batalion pimpinan Soekotjo(selanjutnya menjabat Walikota surabaya) di dusun Selopanggung, semen, Kediri, di kaki gunung Wilis, Jawa Tmur. Beliau tewas di tangan angkatan perang negara yang dia idam-idamkan sejak lama. Sungguh ironis dan tragis. Baru pada tahun 1963, beliau ditetapkan sebagai pahlawan Nasional oleh presiden soekarno. sementara itu sejak kematiannya, para pengikut setianya sperti Sukarni, adam Malik, chaerul Saleh, dan muhammad Yamin terus menyerukan pemikiran beliau dan membesarkan partai Murba. Partai "Musyawarah rakyat banyak" yang ada kenyataannya tidak pernah sukses dalam pemilu. Hal ini dikarenakan isu ajaran komunis yang ada pada partai ini. padahal bukan Komunis yang ada di balik pandangan hidup partai ini.

Banyak cerita beliau yang tidak sempat ditulis di sini. Hal ini dikarenakan kisah beliau yang amat panjang dan juga membanggakan. Kisah-kisah seperti khayalan beliau tentang adanya republik Indonesia yang meliputi seluruh wilayah di ASEAN tidak sempat ditulis. Padahal beliau menjadikan filiphina sebagai tanah keduanya dan menyebutnya dengan sebutan Indonesia Utara dan juga mendirkan partai republik Indonesia di Bangkok, Thailand.

Sungguh besar jasa beliau terhadap pergerakan revolusi di Indonesia. Pandangannya tentang Indonesia bersatu dan sebagai tanah tumpah darah begitu kental mengalir di darahnya. Sayang nama beliau terlupakan oleh keadaan yang ada, padahal beliau adalah orang yang sangat vital bagi pergerakan revolusi Indonesia. Ajaran beliau yang masih relevan dilaksanakan sekarang adalah jangan pernah melakukan diplomasi dengan penjajah. kita harus merdeka seratus persen. merdeka dari kolonialisme dan imperialisme modern. Program-program Tan Malaka saat jaman kemerdekaan dulu saya rasa masih relevan untuk dijalankan dengan kondisi yang berbeda.Program-program itu adalah antara lain :
  1. Berunding atas pengakuan kemerdekaan 100%
  2. Melucuti tentara Jepang
  3. Menyita aset perkebunan milik belanda
  4. Menasionalisasi industri milik asing yang beroperasi di Indonesia
Sekarang adalah bagaimana sikap kita belajar dari Sejarah yang ada. Karena bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa para pahlawannya serta belajar dari kesalahan masa lampau. Merdekakan diri kita dari belenggu kebodohan, kemiskinan serta imperialisme modern serta berusahalah menjadi bermanfaat demi keluarga, negara, bangsa dan juga Agama.

Indonesia Merdeka!!
Indonesia Bisa!!

Tidak ada komentar: