Bukti nyata kebodohan mahasiswa..!!!
Bukti nyata kebodohan mahasiswa..!!!!
“Ngapain aksi, capek-capek doang. Emang ada efeknya? Emang efeknya signifikan?”
“Jangan mau lu dibego-begoin anak-anak BEM, udah, ngapain sih ikut aksi?”
Kalimat-kalimat di atas adalah celetukan-celetukan yang tanpa
diminta—apalagi dibayar—selalu rajin hadir. Dan kita, dengan
idealisme—yang barangkali sering dibilang sebagai ‘kebodohan’ itu—masih
saja bergerak: meninggalkan waktu santai kita, mengambil jaket HIJAU
kebanggaan kita, lantas-untuk kesekian kalinya turun ke jalan. Entah
kebodohan apa yang merasuki diri kita. Kali ini, kita hadir
berbondong-bondong 300an orang untuk memperingati sebuah momentum besar.
Sebuah momentum yang mestinya jadi tamparan tersendiri, khususnya bagi
Indonesia yang masih enggan bergeser dari posisi 10 negara terkorup di
dunia. Ya, kita turun ke jalan untuk memperingati Hari Anti Korupsi
Sedunia, yang dijatuhkan pada tanggal 9 Desember setiap tahunnya.
Konon kabarnya, 9 tahun yang lalu pada tahun 2003, negara-negara PBB
(Perserikatan Bangsa-Bangsa) berkumpul untuk membuat Konvensi
Internasional mengenai korupsi, dan salah satu hasilnya adalah
menetapkan 9 Desember sebagai Hari Korupsi Sedunia. Gagasan ini ada
karena melihat korupsi yang makin menjadi dengan dampak yang telah nyata
memiskinkan, merusak, dan menyengsarakan.
Lantas dengan ditetapkannya 9 Desember apakah seketika korupsi akan selesai?
Mungkin tidak. Tapi setidaknya, kita punya momentum bersama untuk
sama-sama merefleksikan diri kita dan kembali menyadari satu kenyataan
pahit: percaya atau tidak, suka atau tidak, korupsi telah sukses membuat
Indonesia makin terpuruk dan makin jauh dari cita-cita kemerdekaan.
Maka premis selanjutnya yang harusnya ada setelah premis ini adalah:
apakah kita masih akan diam saja?
Lantas dengan
berbondong-bondongnya kita turun ke jalan—longmarch dari masjid jamik
menuju simpang lima membawa surat pernyataan terbuka untuk presiden dan
DPR—orasi—aksi teatrikal, seketika korupsi akan selesai? Seketika
koruptor-koruptor ditangkapi satu-persatu?
Mungkin juga tidak...!!!!
Tapi setidaknya, kita punya niat besar untuk menunjukkan pada bangsa
ini, bahwa di tengah-tengah keterpurukan—krisis moral—menjamurnya
korupsi di Indonesia, masih ada sekumpulan orang yang dengan
idealismenya secara langsung ataupun tidak langsung berkomitmen menjadi
orang-orang yang akan selalu ada untuk memerangi korupsi. Setidaknya,
berhamburnya jaket HIAJAU, KUNING, BIRU di jalanan ini menjadi satu
peringatan bagi setiap orang HATI-HATI, masih ada kami, orang-orang yang
jumlahnya tidak seberapa namun akan selalu-dengan senang hati-siap
manakala diminta menggantung para pelaku korupsi. Barangkali, fisik kita
lelah. Tapi tekad kita tak akan pernah lelah, dan selama korupsi masih
dengan manis bercokol di bumi pertiwi ini, pastikan hati kita selalu
gundah.
Dan tentang ‘kebodohan’ yang selalu diucapkan
orang-orang, kami ingin bilang: kalau dengan ‘kebodohan’ ini kami selalu
terusik ketika melihat kedzoliman, kalau dengan ‘kebodohan’ ini kami
selalu punya energi-yang entah dari mana asalnya-untuk meneriakkan
kebenaran, dan kalau dengan ‘kebodohan’ ini selalu ada gerakan-gerakan
sosial sebagai wujud dari Tri Dharma perguruan tinggi yang selalu kita
agung-agungkan, maka izinkan kami untuk tetap ‘bodoh’—selamanya.
Hidup Mahasiswa! Hidup Rakyat Indonesia.....!!
By Fatra kurniawan (Gubernur Pergerakan Anggota Muda ikatan ahli kesmas Prov. Bengkulu (PAMI)
~totalitas Berkonstribusi~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar