Rabu, 12 Desember 2012

Bukti nyata kebodohan mahasiswa..!!!

Bukti nyata kebodohan mahasiswa..!!!!

“Ngapain aksi, capek-capek doang. Emang ada efeknya? Emang efeknya signifikan?”
“Jangan mau lu dibego-begoin anak-anak BEM, udah, ngapain sih ikut aksi?”

Kalimat-kalimat di atas adalah celetukan-celetukan yang tanpa diminta—apalagi dibayar—selalu rajin hadir. Dan kita, dengan idealisme—yang barangkali sering dibilang sebagai ‘kebodohan’ itu—masih saja bergerak: meninggalkan waktu santai kita, mengambil jaket HIJAU kebanggaan kita, lantas-untuk kesekian kalinya turun ke jalan. Entah kebodohan apa yang merasuki diri kita. Kali ini, kita hadir berbondong-bondong 300an orang untuk memperingati sebuah momentum besar. Sebuah momentum yang mestinya jadi tamparan tersendiri, khususnya bagi Indonesia yang masih enggan bergeser dari posisi 10 negara terkorup di dunia. Ya, kita turun ke jalan untuk memperingati Hari Anti Korupsi Sedunia, yang dijatuhkan pada tanggal 9 Desember setiap tahunnya.

Konon kabarnya, 9 tahun yang lalu pada tahun 2003, negara-negara PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) berkumpul untuk membuat Konvensi Internasional mengenai korupsi, dan salah satu hasilnya adalah menetapkan 9 Desember sebagai Hari Korupsi Sedunia. Gagasan ini ada karena melihat korupsi yang makin menjadi dengan dampak yang telah nyata memiskinkan, merusak, dan menyengsarakan.

Lantas dengan ditetapkannya 9 Desember apakah seketika korupsi akan selesai?

Mungkin tidak. Tapi setidaknya, kita punya momentum bersama untuk sama-sama merefleksikan diri kita dan kembali menyadari satu kenyataan pahit: percaya atau tidak, suka atau tidak, korupsi telah sukses membuat Indonesia makin terpuruk dan makin jauh dari cita-cita kemerdekaan. Maka premis selanjutnya yang harusnya ada setelah premis ini adalah: apakah kita masih akan diam saja?

Lantas dengan berbondong-bondongnya kita turun ke jalan—longmarch dari masjid jamik menuju simpang lima membawa surat pernyataan terbuka untuk presiden dan DPR—orasi—aksi teatrikal, seketika korupsi akan selesai? Seketika koruptor-koruptor ditangkapi satu-persatu?

Mungkin juga tidak...!!!!

Tapi setidaknya, kita punya niat besar untuk menunjukkan pada bangsa ini, bahwa di tengah-tengah keterpurukan—krisis moral—menjamurnya korupsi di Indonesia, masih ada sekumpulan orang yang dengan idealismenya secara langsung ataupun tidak langsung berkomitmen menjadi orang-orang yang akan selalu ada untuk memerangi korupsi. Setidaknya, berhamburnya jaket HIAJAU, KUNING, BIRU di jalanan ini menjadi satu peringatan bagi setiap orang HATI-HATI, masih ada kami, orang-orang yang jumlahnya tidak seberapa namun akan selalu-dengan senang hati-siap manakala diminta menggantung para pelaku korupsi. Barangkali, fisik kita lelah. Tapi tekad kita tak akan pernah lelah, dan selama korupsi masih dengan manis bercokol di bumi pertiwi ini, pastikan hati kita selalu gundah.

Dan tentang ‘kebodohan’ yang selalu diucapkan orang-orang, kami ingin bilang: kalau dengan ‘kebodohan’ ini kami selalu terusik ketika melihat kedzoliman, kalau dengan ‘kebodohan’ ini kami selalu punya energi-yang entah dari mana asalnya-untuk meneriakkan kebenaran, dan kalau dengan ‘kebodohan’ ini selalu ada gerakan-gerakan sosial sebagai wujud dari Tri Dharma perguruan tinggi yang selalu kita agung-agungkan, maka izinkan kami untuk tetap ‘bodoh’—selamanya.

Hidup Mahasiswa! Hidup Rakyat Indonesia.....!!
By Fatra kurniawan (Gubernur Pergerakan Anggota Muda ikatan ahli kesmas Prov. Bengkulu (PAMI)

~totalitas Berkonstribusi~

Tidak ada komentar: